PAPPASANG MAKASSAR ( pps)
Andi
Sahtiani Jahrir
Andi
Rifaldi Rustam
Artha
Prasetyo S.
Dalam khazanah kesusastraan Makassar, terdapat jenis
kesusastraan klasik yang mengandung ajaran moral. Masyarakat pendukungnya
menyebut atau menamakan jenis kesusastraan ini dengan nama pappasang atau sering disingkat pasang.
Pappasang ini pada umumnya
bernafaskan ajaran moral yang Islami (Rahim, 1995:85). Hal ini dapat dimengerti
karena masyarakat Makassar dapat dikatakan seratus persen menganut agama Islam,
sehingga sangat wajar di dalam kesusastraannya itupun hal seperti itu banyak
terungkap (Yatim, 1983:24). Pappasang
adalah kata bahasa Makassar yang maknanya sama dengan kata nasihat atau wasiat
dalam bahasa Indonesia.
Adapun cara penulisan untuk mempermudah memahami pappasang dalam buku ini adalah sebagai
berikut,
a.
Bagian
a, ungkapan secara sempurna dalam
aksara lotara dan latin.
b.
Bagian
b, ungkapan yang kata-katanya
bardasarkan arti yang sebenarnya.
c.
Bagian
c, arti menurut kalimat ungkapan
dalam bahasa Indonesia.
d.
Bagian
d, arti yang sebenarnya secara bebas
dan seterusnya uraian makna dan arti ungkapan.
1.
a.
abulo sibt pki atu
merso tmtpu
nnp nia sn ni puskai
Abbulo
sibatang paki antu,
mareso
tamattappu
nanampa
nia sannang ni pusakai.
b. Bambu sebatang semua kita
bekerja tak putus-putus
kemudian senang di miliki.
c.
Seperti satu batang bambu kita bekerja
terus sama-sama akan kita dapati kesenangan.
d. “Bekerja dengan jujur dan bersatu akan
menghasilkan pekerjaan yang tak terhenti sebagai tugas memberi kesenagan dan
keberuntungan”
Pappasang
ini selalu dikumandangkan di masyarakat Makassar dalam pertemuan-pertemuan oleh
berbagai pihak dalam usaha melaksanakan sesuatu pekerjaan atau kewajiban
bersama untuk dinikmati bersama oleh seluruh warga masyarakat.
Bahwa
sebagai contoh seseorang atau beberapa orang
saja yang mengerjakan sesuatu atau menghadapi sesuatu diantara banyak
orang dan orang lain tinggal menonton pasti hasilnya tidak ada dan bukan milik
bersama, makanya haruslah dihimpun seluruh masyarakat dan bergotong royong
melakukan suatu tugas atau tantangan dengan kejujuran, maka pasti berhasil dan
hasilnya akan merupakan hasil bersama
karena tugas itu dikerjakan dengan jujur sehingga memberikan keberuntungan.
Yang
ikut bersatu bekerja dia pulalah yang menikmati hasilnya. Pappasang ini sangat
bermanfaat sekali dalam menggalakkan suatu usaha terutama dalam pembangunan
karena yang akan menikmati adalah seluruh yang ikut melaksanakan tersebut dan
akan mendapat kepuasan bersama.
Pappasang
ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Makassar sebagai pappasang yang arti dan
makna kejujuran dalam bersekutu untuk membina kesatuan dan kesepakatan.
(Tangdilintin,
1984: 18)
2.
a.
asbyko nutbu
pkjai amlnu
aiymiatu boko tela ri aj
Assambayangko
nutambung,
pakajai
amalaknu
iyamiantu
bokong taklea ri anja.
b. Bersembahyanglah dan berserah
perbanyak amalmu
itulah bekal menyaberang di
akhirat.
c. Bersembahyanglah dan berbuat amal sebagai
bekal ke akhirat.
d. “Selama
hidup bersembahyanglah dan beramal untuk dapat diterima di sisi Tuhan”
Pappasang
ini adalah nasehat dari masyarakat Makassar yang selalu diucapkan oleh Pemimpin
Agama dalam memberikan pelayanana agama atau ceramah keagamaan, karena dengan
keyakinan bagi setiap umat dapat berbuat sesuai dengann tuntunan Agama, yaitu
selama masih hidup harus taat dan percaya serta bersembahyang untuk mendapat
berkat dari Tuhan, demikian pula beramal kepada sesama manusia terutama kepada
yang tidak mampu sebagai perbuatan yang merupakan tuntunan Agama, karena
mengkasihani sesama manusia. Juga dalam hal ini mengajarkan makna jangan
terlalu dikendalikan oleh nafsu serakah dan terpesona kepada kemewahan dunia,
sehingga lupa akan kewajiban yaitu bersembahyang dan menghasihani sesama
manusia. Semua Agama mengajarkan ajaran tersebut serta merupakan kewajiban dari setiap orang yang
beragama.
Pappasang
ini sangat berguna untuk masyarakat Makassar untuk selalu mengingatkan kepada
setiap orang agar taat kepada agama dan
menyembah kepada Tuhan serta mengenal dan mau membantu sesama manusia yang
tidak berkemampuan.
(L. T. Tangdilintin,
1984: 23-24)
3.
a. bjikGGi tlG
ntowlia
Bajikangngangi tallanga
natowalia.
b. Lebih baik tenggelam
daripada
kembali.
c. Lebih baik tenggelam dari pada kembali lagi.
d. “Sekali layar terkembang pantang surut kembali.”
Pappasang
ini mengartikan bahwa jikalau sudah mengatakan ya, maka harus ya dan
tidak boleh merubahnya kembali.
Pappasang
ini terkenal sekali dalam kehidupan orang Makassar yaitu setelah mencangkan
sesuatu hitam dan putih terus menjadi
pegangannya, seperti dalam perjalanan di laut untuk pergi berlayar, orang
Makassar tidak mau balik sebelum mendapat hasil, sehingga dalam setiap
keberangkatan itu selalu berkata lebih baik tenggelam dari pada kembali, maksudnya kembali di sini ialah kembali tanpa hasil.
Pappasang
ini menjiwai seluruh suku bangsa Makassar dalam mengambil suatu keputusan,
sehingga dapat kita buktikan dengan
sikap dan pendirian mereka itu sejak dari perlawan terhadap Belanda di Sulawesi
Selatan dengan terus menerus peperangan yang terjadi sejak abad ke-16 dan barulah menyerah dengan
berbagai liku-liku pada permulaan abad ke-20, yaitu dengan tertangkapnya Raja
Gowa yang terakhir.
Setiap
orang tua melepaskan anaknya untuk suatu rencana atau cita-citanya selama
berpesan “Kualleangngi tallanga natowalia”, yaitu tanpa barhasil lebih baik
hancur atau tenggelam.
Bahwa
pappasang yang merupakan falsafah hidup dari setiap orang Makassar ini sangat
besar artinya dalam perang Kemerdekaan yang lalu dimana ditandai dengan korban
40.000 jiwa di Sulawesi Selatan, yaitu
dengan pendirian lebih baik mati dari pada hidup dijajah Belanda.
Pappasang
ini memiliki nilai-nilai yaitu percaya kepada diri sendiri serta berani
berkorban demi cita-cita dan bekerja keras dengan penuh rasa tanggung jawab.
(Tangdilintin,
1984: 34)
4. a. pun
etaai anunu
etako aelai
Punna teai anunnu
teako allei
b. Kalau bukan punyamu
jangan ambil
c. Jangan mengambil barang yang bukan milikmu.
d. Barang yang maksud di sini adalah
barang-barang yang memiliki nilai jual yang tinggi seperti hewan peliharaan,
perhiasan, dan lahan pertanian. Kejujuran tidak boleh dianggap biasa, bahkan
disepelehkan dalam kehidupan di masyarakat Makassar.
(Machmud, 1996: 51)
5. a. boyai
riklukua
rikloko tegnoa
aill mitu siekedk nmlb
Boyai
rikalukua
rikalongkong
takgenoa
ilalang
mintu sikeddeka namalabbang
b. Cari
di kelapa
kelapa yang tidak ada isinya
di dalam itu sedikit cukup
c. Carilah rezeki yang halal dan
berkah,
carilah ilmu yang bermanfaat dan
aplikasikan,
amalkan untuk kebahagian kita
untuk dunia dan akhirat
d. Maksudnya
kalau mencari rezeki dibekali dengan kejujuran maka rezeki yang kamu dapat akan
berkah dan halal serta bisa bermanfaat bagi kita atau pun bagi orang lain untuk
amal ibadah kita di dunia maupun di akhirat.
(Machmud, 1996: 16)
6. a. pun
lanmeGko abdu, etako abt-btai aiaerk
akmesaGi pun tau brni apl poporo mea
rikau, nsb pun aill abud ajo tau brniau sn krsn mtn pun asidelk musun, mik
kocin pun aemt taua aill abudu aiami atu tp, jjuuru, siag brani siag kcredk.
Punna
lanamangeko akbunduk, teako akbata-batai iyareka angkamaseangi punna tau barani
appalak popporokmange rikau, nasabak punna ilalang akbunduk, anjo tau barania
sannak karrasakna matanna punna assidallekang musunna, mingka konci punna ammeta
taua ilalang akbunduk iyami antu tappak, jujuruk, siagang barani siagang
kacarakdekang.
b. Kalau mau pergi berperang jangan
ragu-ragu atau mengasihani kalau orang berani minta maaf kepada kamu sebab
kalau didalam berperang, itu orang berani sangar matanya kalau berhadapan
musuhnya tetapi kuncinya kalau mengalahkan orang di dalam perang yaitu
yakin, jujur, dan berani dan kepintaran.
c. Jika
engkau menghadapi perang, janganlah ragu-ragu mengasihani orang berani yang
memohon belas kasihan. Sebab dalam peperangan itu pemberani akan beringas
menghadapi musuh, padahal kunci kemenangan dalam peperangan adalah keyakinan
yang jujur, dan tekad baik yang dibarengi kepintaran.
d. Orang yang bertempur di medan perang, tidak
semata-mata mengejar kemenangan. Jika bisa untuk memperoleh kemenangan sudah
menguasai seluruh pikiran seorang pemberani di medan peperangan, maka ia akan
bertindak kejam dan berusaha menghabisi semua musuhnya. Tindakan seperti ini
bukanlah kesatria. Oleh karena itu, seorang pemberani berusaha menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan senantiasa memadukan keyakinan dan
kejujuran.
(A. R. Dg Palallo, 1967: 18)
7.
Pappasang tentang kejujuran sebagai penghormatan terhadap hak orang lain
a.
pun etyai kau
aptejGi etako aelai anjo kyu riptejG.
pun etyai brnu etako aelai.
pun etyai kau attki etako
aelai ajo kyu elbk ritt aujun.
Punna teai kau ampatanjengi teako allei anjo kayu ripatanjenga.
Punna teai barangnu teako allei.
Punna teai kau antattaki teako allei anjo kayu lekbaka ri tatta
ujunna.
b.
Jika
bukan kamu menyandarkan jangan ambil itu kayu yang disandarkan.
Jika bukan barangmu jangan
kamu ambil.
Jika bukan kamu menetak
jangan ambil itu kayu yang sudah ditetak ujungnya.
c.
Jangan
mengambil kayu yang disandarakan jika bukan engkau yang menyandarkannya.
Jangan mengambil barang yang
bukan milikmu.
Jangan mengambil kayu yang
ditetak pangkalnya, dan bukan kamu yang menetaknya.
d.
Makna
dalam hal ini pemakaian sastra tersebut pada rakyat Makassar pada masa lampau
dan apa pengaruhnya pada masyarakat tersebut
Makna
dari pappasang tersebut yaitu
menyiratkan mengenai ajaran untuk
menghormati hak orang lain di samping mengetahui hak sendiri. Pappasang ini diungkapkan untuk
mengingatkan masyarakat Makassar untuk selalu menghormati hak orang lain. Pappasang tersebut merupakan perwujudan
dari nilai kejujuran. Kejujuran tidak boleh dianggap biasa, bahkan disepelekan
dalam kehidupan masyarakat Makassar. Kejujuran hendaknya senantiasa
dilestarikan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu penyebab
terjadinya ketidakseimbangan dalam masyarakat adalah tidak diaplikasikannya
nilai-nilai kejujuran itu. Padahal berlaku jujur merupakan suatu keharusan bagi
setiap individu. (Machmud, 1996: 15)
8.
Pappasang tentang Kejujuran sebagai Benteng Kehidupan
a.
bt lbusukji nipek
atp bl.
Batang lambusukaji nipake attumpak ballak.
b.
Batang
(kayu) lurus hanya dipakai menahan rumah.
c.
Hanya
kayu yang lurus dijadikan penyanggah rumah.
d.
Hanya
orang yang mampu berlaku jujur yang dapat diangkat menjadi seorang pemimipin
yang adil dan bijaksana. Pemimpin hendaknya tidak banyak menuntut hak dalam
kewajibannya, sebab amanah yang diberikan kepadanya dianggapnya sebagai suatu
tanggung jawab. Pappasang ini sangat
cocok untuk masyarakat Makassar dan biasa diungkapkan dalam rangka pemilihan
kepemimpinan supaya para calon pemimpin dapat menjadi pemimpin yang jujur yang
dapat membawa rakyatnya keluar dari keterpurukan. Pemimpin diibaratkan sebagai
penyanggah kota Makassar yang dapat mengayomi seluruh masyarakatnya. Dengan
demikian, kejujuran merupakan kendali yang sangat penting bagi seorang pemimpin
sebagai benteng pertahanan yang harus kuat untuk menyanggah kota Makassar ini
dari terjangan angin godaan yang sangat kencang.
(Machmud, 1994: 21)
9.
Pappasang tentang Menghargai Orang Lain
- nia rua asln kjujurG iaiamiatu.
pun etn nkuel nugauk etamko
akn-knai.
pun etn nukuel ser coto etamko amertai meG ri taua.
Niak rua assalakna kajujurranga iamintu :
Punna tena nakkulle nugaukang teakmako akkana-kanai.
Punna tena nukkulle sare conto teakmako ammarentai mange ri taua.
b.
Ada dua
asalnya kejujuran yaitu:
Kalau
tidak bisa kamu lakukan jangan kamu berbicara.
Kalau
tidak kamu bisa kasi contoh jangan kamu memerintah kepada orang.
c.
Yang
menjadi pangkal kejujuran ada dua, yaitu:
Jangan
kamu ucapkan sesuatu kalau tak sanggup melaksanakannya
Jangan
memerintah sesuatu kalau kamu tidak sanggup memberi contoh sebelum orang lain
melakukannya
d.
Dalam pappasang diingatkan, agar selalu
berusaha untuk membuktikan hal-hal yang dikatakan melalui perbuatan. Perkataan
yang tidak sesuai dengan perbuatan pada hakikatnya merupakan cermin dari
ketidak jujuran itu. Pappasang di
atas mengingatkan bahwa banyak orang yang mudah mengumbar janji, pappasang ini sering diungkapkan oleh
masyarakat Makassar untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi orang yang jujur
dan bertanggung jawab. Selain itu pappasang
ini juga cocok menjadi pedoman bagi pemimpin untuk menjadi pemimpin yang
baik, bertanggung jawab dan selalu memberi contoh yang baik bagi masyarakatnya.
(Machmud, 1994: 33)
10. a. ncinin
mt sn ggn siag bji atin.
Nacinikna
mata sanna gagana siagan bajiki atinna.
b. Kena mata cantik senelaran hati bagus potongan
(model).
c. Kelihatan semuanya baik dan tidak terdapat
cacat yang tepat dicela.
d. Ungkapan ini adalah ungkapan yang sangat baik dalam
pergaulan antara seseorang dalam masyarakat dimana, setiap orang tidak
menginginkan akan mendapat ketika baikan dari temannya dan hanya mau mengetahui
kebaiaknnya saja sehingga tidak perna ada celaan.
Penjelasan di atas merupakan
suatu ungkapan seseorang dalam masyrakat ,dimana setiap masyarakat tidak
mengiginkan pendapat ketika baikan dengan temanya dan hanya mau mengetahui
kebaikannya saja.Tradisi tersebut sebagai sumber Informasi budaya daerah
Sulawesi Selatan Tahun 1986. (Amir, 1982: 14)
11.
a. pmipi tean nngl sulo siag ry tean ngp
sulo.
Pamimping taena
nangnagalak sulo, siagan rakyak taena nanggappa sulo.
b. Pemimpin tak memegang lampu, rakyat tak mencapai lampu.
c. Seharusnya pemimpin yang memegang
jabatan/pemerintahan memiliki pengetahuan dan rakyat hendaknya menyikuti
pemerintahnya yang baik itu.
d. Bahwa sering dalam masyarakat itu
terdapat pemerintah utamanya pada pemerintahan adat dahulu kala kurang
mempunyai kemampuan serta akal untuk memimpin, apa yang dilakukanya adalah apa
adanya saja seperti sedia kala karena dia adalah pewaris pemerintahan/kekuasaan
juga masyarakatnya yang selalu menunggu dan bagaimana perintah dari pemimpinnya
untuk memperbaiki kehidupan dan pembangunan masyarakatnya tetapi karena
pemimpin itu kurang mempunyai kemampuan atau pengetahuan untuk pemerintah
artinya rakyatnya bekerja dan diperintahkan seadanya saja. Untuk itu dahulu
pemilih pemerintah diharapkan pada raja atau pemerintah yang lebih tinggi agar
supaya penunjukan seorang pemerintah itu sebaiknya orang yang berpengetahuan
agar supaya rakyat mempunyai kemajuan dan dapat mengikuti perintah dari pemerintahnya
dengan baik yang tidak simpang siur.
Di atas
menjelaskan tentang pemimpin dalam
pemerintahan utamanya pada pemerintahan adat dahulu kala kurang mempunyai
pengetahuan yang luas serta akal dalam memimpin, bagaimana perintah dari
pemimpinnya untuk memperbaiki kehidupan dan pembangunan masyarakat, yaitu
masyarakat selalu menunggu dan bagaimana perintah dari pemimpinnya untuk
memperbaiki di dalam kepemimpinannya sehingga tidak ada perselisihan antara
pemerintah dengan masyarakat. Tradisi tersebut sebagai sumber kepemimpinan
dalalm masyarakat pedesaan di daerah Sulawesi Selatan tahun 1983. (Amir, 1982:
15)
12. a. pmipiG
tean nGr siag ajo npipiG tean tod
nGr.
Pamimpinga taena
nangarap siagan anjo napimpinga taena todong nangarap.
b. Pemimpin tak mengharap-harap yang dipimpin tak mengharap-harap.
c. Pemimpin rakyat hendakya tidak mengharapkan
sesuatu keuntungan dari rakyatnya, dan begitu pula yang dipimpin itu tidak
mengharapkan sesuatu pula dari pemimpinnya.
d. Dalam
pertemuan-pertemuan dimanapun dan juga dalam pergaulan di masyarakat sering
seseorang berusaha agar menarik perhatian hadirin, dan masyarakat bahwa untuk
jadi pemimpin yang baik janganlah mengiginkan sesuatu keuntungan dari yang
dipimpinya begitu pula sebagainya bawahan yang baik yang mau bekerja jangan
mengharapkan sesuatu didapat tersendiri dari pemimpinya.
Penjelasan
di atas merupakan suatu pemimpin tidak mengharapkan sesuatu atau keuntungan
kepada rakyatnya dan begitu pula rakyatnya tidak mengharapkan sesuatu dan
keuntungan dari pemimpinnya. Dan juga pemimpin mampu bergaul dalam masyarakat
dan pintar menarik perhatian hadirin dan masyarakat. Tradisi sejarah ini
sebagai nilai tradisional, direktorat jenderal Sulawesi Selatan Tahun
1986/1987.
(Amir, 1982: 51)
13.
a. etako aelai pun etai br-brnu.
pun etai aikau aptej kyu etako aelai.
etako aelai kyu elbk nisisili,pun etaai aikau anto.
Teako allei punna teai
barang-barangnu.
Punna teai ikau appatanjeng kayu
teako allei.
Teako alleai kayu lebaka ni
siksili punna teai ikau anoto.
b. Jangan ambil kalau bukan punyamu.
Kalau bukan
kamu mengandarkan kayu jangan ambil.
Jangan ambil
kayu sudah di tetak kalau bukan kamu menebang.
c. Jangan mengambil barang-barang yang bukan milikmu;
Jangan mengambil kayu yang
disandarkan jika bukan engkau menyandarkannya;
Jangan mengambil kayu yang
ditetak ujung pangkalnya jika bukan engkau yang menetaknya.
d. Pappasang
tersebut, mengungkapkan kebiasaan orang kampung menyan-darkan atau menetak
kedua ujung kayu yang diambilnya di hutan sebagai tanda sudah berpemilik.
Masyarakat Makassar yang kurang mampu sering kali mencari kayu di hutan untuk
memasak, orang Makassar sering kali menyimpang kayu yang sudah ditebang atau
yang sudah ditetak kemudian ditumpuk-tumpuk menjadi satu,kemudian apa bila kayu
itu sudah kering barulah pemilik kayu itu dibawa ke dalam rumah.
(Haddade, 1986: 15)
14.
a. per ptgl rejku
tliti kupjp
lyr twklku
Parek
pattinggallang rajengku
taliti
gulinna
layarak
tawaklakku
b. Membuat pengang rajinku
teliti kemudi
layar tawakkal
c. Rajin
kujadikan pegangan
teliti kujadikan
kemudi
tawakkal layarku
d. Masyarakat Makassar menyakini bahwa kalau kita
rajin dalam melakukan kegiatan dan
mejalani hidup dengan ketabahan
serta ketelitian dalam mengerjakan sesuatu, maka Allah Swt., akan meridohi semua yang kita
lakukan dan kita tak lupa untuk bertawakkal kepada Allah Swt., karena tawakkal itu adalah
jaminan mendapatkan pendidikan yang berguna baik untuk kehidupan di dunia
maupun di akhirat.
(Mahmud, 1989: 44)
15.
a. nia rua kuper kli, buG rpo cidu
siag eblo-eblo.
Nia
rua kupare kalli, bunga rappo cidu
siagang
belo-belo kanuku.
b. Ada dua dibuat pagar, bunga buah nangka
dengan penghias kuku.
c. Ada dua kujadikan pagar, kembang
nangka dan penghias kuku.
e.
Kemang nangka dalam masyarakat Makassar
dinamakan lambusuk, artinya jujur,
ada pun penghias kuku dalam masyarakat Makassar dinamakan korongtigi yang mirip bunyinya dengan kata paccing artinya bersih
(suci). Sehubungan hal tesebut, dalam masyarakat Makassar, kejujuran dan
kesucian jiwa seseorang dapat dijadikan benteng dan penghias kehidupan,
sehingga seseorang tampak kaya dengan budi pekerti yang luhur. (Mattalitti,
1986: 95)
16. Dalam lontarak disebutkan pula,
untuk memilih pemimpin harus diperhatikan kriteria, seperti dalam pappasang to riolo asli suku Makassar :
a. pun
amielaiko tumpert eta lloko pielai tau asip juku kjiloa. nsb pun tau asipjuku
kjilo nkerai ana. mik aia llo pielai tau asip aro jGG. njgai ann btu ripmrkia.
nipkepki kNin pun nia
blpoa. npboyGi ker ann mn aillmo kera ri toton pun nia aij ann siag prn jG tmgp
ker npsuluji kern btu ri toton nn sera meg ri prn jg.
Punna ammileiko
Tumapparenta tea laloko pilei tau assipa juku kanjiloa, nasaba punna tau assipa
juku kanjilo nakanrei anakna, mingka ia lalo pilei tau assipa anrong janganga,
nasaba punna assipa anrong janganga, najagai anakna battu ripammanrakiya,
nipakapeki ka’nyina punna nia balangpoa, napa’boyangi kanre anakna manna
ilalangmo kanrea ri totto’na punna nia inja anakna siagang paranna jangang tamannggappa
kanre napasuluji kanrena battu ri totto’na nana sareang mange ri paranna
jangang.
b. Kalau memilih raja/pemimpin
jangan pilih orang bersifat ikan gabus, karena kalau orang bersifat ikan gabus
dia makan anaknya, tapi dia pilih orang bersifat induk ayam, karena kalau
bersifat induk ayam, melindungi anaknya dari marabahaya, dia mengepakkan
sayapnya jika ada burung hantu, dia carikan makan anaknya biar di dalam nasi di
ujung paruhnya jika masih ada anaknya dan sesama ayam tidak dapat makanan dia
keluarkan makanan dari ujung paruhnya lalu memberikan kepada sesama ayam.
c. Kalau memilih raja/pemimpin, jangan pilih orang yang bersifat ikan
gabus, karena kalau orang yang memiliki sifat ikan gabus akan memangsa anaknya
dan sesama ikan, tapi pilihlah raja/pemimpin yang memiliki sifat seperti induk
ayam, karena orang yang bersifat ayam, akan melindungi anaknya dan sesamanya
dari zaman bahaya, akan mencarikan
nafkah anak dan sesamanya. Walaupun makanan sudah berada dalam paruh/mulutnya,
kalau dilihat masih ada anak atau sesama yang belum dapat makanan, maka
dikeluarkanlah dari mulutnya lalu diberikan pada anaknya atau sesamanya yang
belum kebagian makanan.
d. Apabila seseorang memilih raja tidak
boleh asal memilih, hendaklah ia memilih raja atau pemimpin yang memiliki sifat
kasih sayang kepada rakyatnya atau memiliki rasa empati sesama manusia dan ikut
merasakan penderitaan rakyat. Seorang raja harus memiliki jiwa yang tulus,
berwibawa ke pada rakyatnya. Agar apapun yang menjadi keluh kesah rakyatnya
bisa didengar dan memberi pengarahan yang dibutuhkan oleh rakyatnya sendiri.
Dalam kehidupan masyarakat
sekarang ini masih banyak terdapat pemimpin yang hanya memikirkan
kepentingannya sendiri. Pemimpin yang berwibawa saat ini sudah barang tentu
sangat sulit lagi untuk ditemui karena sudah tak banyak yang memikirkan
kepentingan rakyat, yang dipentingkan olehnya dalah kehidupan pribadinya
sendiri. Setiap pemimpin seharusnya memiliki sifat kasih sayang yang tulus kepada
rakyat ataupun masyarakatnya, rasa empati yang tinggi akan lebih membantu
rakyat dari keterpurukan yang selama ini dialaminya. Pemimpin yang jujur amat
perlu pula dalam kehidupan karena sangat berperan penting dalam kehidupan
sehari-sehari.
Pappasang ini sangat bermanfaat baik bagi
suku Makassar maupun suku lain, karena dengan mendengarkan pappasang ini kita akan lebih jeli dalam memilih seorang pemimpin
yang memiliki sifat yang jujur, berwibawa, dan empati yang luar biasa untuk
memimpin rakyat kedepannya. (Kulle, 2005: 32)
17. Walaupun begitu, masih ada beberapa sobekan
yang sempat diteliti oleh para ahli sejarah dan kemudian dibukukan. Walaupun
usia pesan-pesan Karaeng Pattingalloang sudah mencapai ratusan tahun, tetapi
masih cocok diterapkan pada era pemerintahan di penghujung abad modern ini.
Seperti halnya pesan atau pappasang:
a. nikny
ktoejG srpGi bulo sipp. niaojoki pokon amubai cpn. niaojoki cpn giaoki pokon.
Nikanaya
katojengang sanrapangi bulo sipappa, nionjoki poko’na ammbumbai cappa’na, nionjoki
cappa’na gioki poko’na.
b. Yang
dikatakan kebenaran ibarat bambu sebatang, diinjak pangkalnya muncullah
pucuknya, diinjak pucuknya goyang pangkalnya.
c. Suatu
kebenaran ibarat satu batang bambu, bila diinjak pangkalnya muncul pucuknya,
demikian halnya bila diinjak pucuknya maka akan muncul pangkalnya.
d. Makna
dalam kehidupan manusia, bahwa ajaran kebenaran itu tak bisa dikalahkan oleh
kebatilan. Di era sekarang ini, yang benar memang bisa disalahkan dan yang
salah bisa dibenarkan. Makna hakiki dari kebenaran tersebut, bagaimanapun
pintarnya seseorang untuk melenyapkan suatu kebenaran, tetapi tetap kebenaran
saja mengikuti filasafah bambu. Menfitnah seseorang padahal orang tersebut
benar, tapi suatu saat kebenaran orang tersebut akan muncul di tempat lain dan
itu akan menjadi racun bagi
orang-orang yang sering menyebarkan kebhatilan di muka bumi ini.
Ungkapan
ini begitu kental dalam suku Makassar karena terkadang sering ditemui sebagian
orang-orang yang memiliki sifat pembohong. Meskipun kebohongan itu
ditutup-tutupi, maka tetap kelak nanti akan terungkap juga. Kebenaran akan
selalu mengalahkan kebohongan meskipun kebohongan itu sudah ditutupi
bertahun-tahun, tetapi akan muncul kebenaran yang akan disampaikan oleh orang
lain. Meskipun orang lain yang mengungkap kebenaran itu pasti tetap saja akan
membuat orang yang menutupi kebenaran itu akan tetap diam dan tak memberi
alasan apapun.
Pappasang ini menjadi pertanda bahwa suku Makassar begitu menjunjung tinggi
nilai-nilai kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Kejujuran baginya adalah
suatu hal begitu penting bagi setiap orang karena, hal ini akan menjadi
penopang hidup yang lebih baik untuk kedepannya. (Kulle, 2005: 33)
18. Kalau seseorang yang telah menduduki suatu
jabatan sebagai pemimpin, maka ada tiga hal yang perlu diperhatikan, sesuai
dengan pappasang to riolo sekitar akhir abad XVI dan awal
abad XVII :
a. sitaua tumpert pun ailln apert nnblki tlu rupn pgauk
mk leGr kmunepk. auru-aurun nirnua tmlku-lku. mk ruw ajji tnrupai. mk tlu nitrs
lbusu nejko.
Sitaua
tumapparenta punna ilalangna apparenta nanaballaki tallu rupanna panggaukang
maka langngerang kamunapekang. Uru-uruna nirannuang tamallaku-laku. Maka ruwa,
ajjanji tanaruppai. Maka tallu nitanrasa lambusu najekkong.
b. Seorang pemimpin kalau didalam memerintah dia
memiliki tiga perbuatan yang membawa kemunafikan. Pertama, jika diharapkan dia berhianat; kedua,
jika ia berjanji dia ingkar; ketiga, jika
dianggap jujur dia curang.
c. Seorang pemimpin dalam melaksanakan
kepemimpinannya sering terdapat tiga hal yang membawa kemunafikan, yakni pertama, diberi amanah tapi hianat; kedua, berjanji, tetapi ingkar; ketiga dianggap jujur tetapi curang.
d. Dalam
diri seorang pemimpin yang telah menganggap dirinya berkuasa di daerah tersebut
terkadang muncul rasa kurang bersahabat pada rakyatnya, yaitu memiliki sifat
munafik dalam dirinya. Seorang pemimpin hanya pada awal pemerintahan terkadang
mengucapkan kepada rakyatnya bahwa saya akan memegang amanah ini dengan baik
sampai akhir masa jabatanku, setelah mengucapkan hal tersebut sang pemimpin
terkadang melupakan janji yang telah diucapkan sendiri di hadapan para
rakyatnya. Apabila kepercayaan yang sepenuhnya rakyat berikan kepadanya
terkadang disia-siakan. Kepercayaan penuh yang diberikan rakyat kepada
pemimpinnya menimbulkan sikap arogan, sehingga membuatnya memiliki rasa kurang
puas dalam dirinya sehingga membuat dirinya menjadi seorang pemimpin yang
curang.
Pappasang ini sangat bermanfaat bagi para masyarakat suku Makassar karena
pemimpin yang memiliki sifat arogan akan menimbulkan sifat-sifat jelek yang
lain. dalam memilih pemimpin hendaklah menepati janji-janji yang selalu
dikumandangkannya di hadapan rakyat. Pemimpin yang memiliki sifat arogan sudah
begitu banyak ditemui saat ini karena hanya mengumbar-umbar janji dihadapan
rakyat akan tetapi hanya sebagian kecil yang dia tepati. Apabila pemimpin itu
jujur, maka betapa damai dan tenteramnya masyarakat saat ini dan dengan
mengutamakan kejujuran maka akan membantu terciptanya manusia-manusia yang
sejahtera.
(Kulle, 2005: 42)
19. a. naiy
mitu nikny etk, an prkrn, aiymi apksibudukGi
tau riaoloa n apelko bedr sipbuduk
ri pr Gesn kreaG.
- auruaurun,
niaelai butn.
- mkruan,
rislai jjin.
- mktlun,
nipksiriki ri prn krea.
- mkapn, nitrai
ri klopon mik etn nipauaGi.
- mklimn,
nibunoai psuroan mik etnj aia sl n met.
- mkann, nidkai
tnn aiaerk nipoloGi pnhn.
Naiya mintu nikanayya teka, annang parakarana, iyami
ampakassibundukkangi tau rioloa
na appalekok bandera
sipakbundukkang ri para ngasengna
karaenga.
- Uru-uruna,
niallei buttana;
-
Makaruana, risalai janjina;
- Makatalluna,
nipakasiriki ri parana karaeng;
- Makaappakna,
nitarai ri kalompokna mingka tena nipauangi;
- Makalimana,
nibunoi passuroanna mingka tenaja ia sala na mate;
- Makaannangna,
nidakkai tanana iareka nipolongi panahangna.
b. Yaitu teka, enam hal yang menyebabkan
berkelahi orang dulu
mengibarkan bendera perang pada sesama raja.
-
Pertama,
ambil tanah;
-
Kedua,
ingkar janji;
-
Ketiga,
dipermalukan para raja;
-
Keempat,
dihadang kelompok tapi tidak diberitahu;
-
Kelima,
dibunuh perwakilan tapi tidak salah dia mati;
-
Keenam,
dilangkahi tanah atau dipotong penahan.
c. Adapun yang dimaksud “teka” (= siap bereaksi
karena merasa tersinggung) ada enam hal, itulah menjadi pangkal peperangan di
masa lampau, dan menyebabkan dikibarkannya bendera perang bagi raja besar.
- Pertama, diambil tanahnya tanpa
diberitahu terlebih dahulu;
- Kedua, perjanjiannya tidak
dipatuhi (dipungkiri);
- Ketiga, dipermalukan oleh
sesamanya raja;
- Keempat, diserbu kelompoknya
(negeri pendukungnya) tanpa
diberitahu terlebih dahulu;
- Kelima, dibunuh dutanya (yang
mewakili) atau orang terpilihnya (orang ternama dalam negeri), sedang bukan
karena kesalahan yang menyebabkan kematiannya;
- Keenam, dilangkahi pematangnya,
atau dipatahkan penahan (penangkal) kejahatan negerinya (larangannya).
d. Yang dimaksud dengan teka adalah hal-hal yang
dapat memicu terjadinya peperangan diantara para Raja pada zaman dahulu.
- Pertama, ada orang-orang tidak
bertanggung jawab yang dengan seenaknya saja mengambil/merampas tanah milik
Raja;
- Kedua, ada sebuah perjanjian yang
telah disepakati bersama namun karena sebuah alasan, salah satu dari pihak
tersebut mengingkari janjinya;
- Ketiga, ada saat dimana seorang
raja mempermalukan raja lainnya;
- Keempat, biasanya terjadi
serangan yang tidak terduga dari pihak lain (dalam hal ini adalah pihak lawan);
- Kelima, ada orang-orang yang
tidak bersalah yang menjadi korban dalam sebuah pertarungan sehingga ia harus
mengorbankan nyawanya;
- Keenam, ada pemberontak atau
orang-orang yang melanggar hukum yang telah ditetapkan dalam sebuah negeri
kerajaan.
Intinya,
pappasang ini biasanya digunakan oleh
masyarakat Makassar pada zaman dulu yang berisi tentang hal-hal yang memicu
terjadinya pertengkaran/peperangan diantara para raja. Sehingga pappasang ini
bersifat menjelaskan pemicu-pemicu yang mengakibatkannya.
(Punagi,
1983: 6—7)
20. a. naiy
niaesG prsG, ap.
- auruaurun,
nipgsiGi adk.
- mkruan,
niktutuai adk.
- mkruan,
nipeaetGi atorG.
- mkapn, etn n
tklup jjin.
Naiya niassenga
pakrasangang, appak:
- Uru-uruna,
nipakgassingi adaka;
- Makaruana,
nikatutui adaka;
- Makatalluna,
nipaentengi atoranga;
- Makaappakna,
tena na takaluppa janjina.
b. Yang dimaksud kampung, ada empat:
-
Pertama,
baik adat;
-
Kedua,
jaga adat;
-
Ketiga,
dirikan aturan;
-
Keempat,
tidak lupa janji.
c. Adapun yang disebut negeri itu ada empat:
- Pertama, Adat diperkuat (betul-betul
dilaksanakan);
- Kedua, dijaga dan dipelihara
(jangan sampai dilanggar);
- Ketiga, hukum (pertimbangan
sesuai yang pernah kejadian) ditegakkan terus;
- Keempat, Janji (ikrar) tak
terlupakan (ditepati).
d. Sebuah lingkungan hidup hanya akan disebut negeri
apabila telah memenuhi empat kriteria/hal-hal yaitu:
- Pertama, dilaksanakannya seluruh
aturan-aturan adat yang berlaku di sebuah negeri;
- Kedua, dijaga dan dipelihara dalam
artian tidak boleh dilanggar karena menyangkut hukum yang diberlakukan dalam sebuah
negeri;
- Ketiga, hukum turun-temurun yang
diberlakukan tidak boleh diubah dan justru harus ditegakkan dan dipelihara
sehingga dapat menjadi patokan dalam mengambil sebuah keputusan;
- Keempat, tidak mengingkari janji
yang telah diucapkan dan berusaha untuk menepati semua janji yang telah
diucapkan. Karena, dalam hal ini ucapan adalah pegangan yang bisa menjadi tolok
ukur seseorang.
Intinya,
pappasang ini biasanya digunakan
masyarakat Makassar dalam memperingatkan bahwa ada empat pilar yang harus
terpenuhi apabila suatu tempat/daerah ingin disebut sebagai sebuah negeri.
(Punagi,
1983: 7—9)
21. a. naiy
prsG an prkrn, nniaesGi pmtG bjik.
- auruaurun, niap krean.
- mkruan, niap ag ejenn.
- mktlun, niap sisbuGn.
- mkapn, niap psrn.
- mklimn, niap tupklbirin.
- mkann, niap sron.
Naiya pakrasangang
annang parakarana, naniassengi pammantangang bajika;
-
Uru-uruna, niakpa Karaengna;
-
Makaruana, niakpa agang jeknekna;
-
Makatalluna, niakpa
sisambunganna;
-
Makaappakna, niakpa pasarakna;
-
Makalimana, niakpa
tupakalakbirikna;
-
Makaannangna, niakpa sanrona.
b. Sebuah negeri baik, ada enam perkara;
-
Pertama,
ada Raja;
-
Kedua,
ada teman air;
-
Ketiga,
ada penyambung;
-
Keempat,
ada pasar;
-
Kelima,
ada yang dihormati;
-
Keenam,
ada dukun.
c. Adapun negeri itu, enam hal yang menyebabkan
dikenal sebagai kediaman yang baik;
- Pertama, memiliki raja ‘Pemimpin
pemerintahan’;
- Kedua, mempunyai irigasi ‘sumber
air yang hidup terus’;
- Ketiga, memiliki hubungan keluar ‘hubungan
diplomatik’;
- Keempat, mempunyai pasar ‘pusat
perniagaan dalam negeri’;
- Kelima, memiliki orang tua yang
bertuah ‘cerdik pandai sumber kebijaksanaan’;
- Keenam, mempunyai dukun/ahli ‘penjaga
dan pembina kesejahteraan rakyat’.
d. Ada enam
hal yang harus ada di dalam sebuah negeri sehingga dapat disebut sebagai suatu
tempat kediaman yang baik;
-
Pertama,
harus ada pemimpin yang bertugas untuk memimpin rakyatnya. Dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah seorang raja yang berkuasa atas sebuah kerajaan;
-
Kedua,
harus ada sumber air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup rakyatnya;
-
Ketiga,
harus ada interaksi keluar dengan kerajaan/negeri lain sehingga interaksi yang
dilakukan dapat terjalin dengan luas;
-
Keempat,
harus ada sebuah pusat perniagaan untuk memenuhi kebutuhan hidup rakyatnya;
-
Kelima,
harus ada seseorang yang dituakan/dihormati yang hidup di tengah-tengah
masyarakat sebagai orang yang memberikan nasihat/pengarahan sehubungan dengan
interaksi bermasyarakat;
-
Keenam,
harus ada seseorang yang ahli dalam membina kesejahteraan rakyat, sehingga
rakyat bisa hidup dengan sejahtera.
Intinya, pappasang ini biasanya digunakan masyarakat Makassar dalam menjelaskan persyaratan sebuah negeri yang dianggap baik.
(Punagi,
1983: 9—10)
22. a. aknai poea aru bil
- nia ap cp brug = pNikulu
sid
aiaerk asibutulu nkn tau
riaolo
dudua aush Gesko soln
nugp
eGpoai apk cp brug
ajo
pun etn nu kuel aempoai GesGi
aen
tlu aiaerk rua aiamo ajo.
- mkesern cp brug :
psinbuG
kn cocoki ri sbuGn
pnb
kn sicocoki siag kn
nisbuGn.
- mkruan cp brug :
etny
kcinik birin aill anliti
eprdil
siag etn ni curigai.
- mktlun cp brug :
nipplki
pesaibG ri tG psibutul,
sb
nikir-kir akueaai nph kn-kn tauriaolo dudua siag n aies jpn aedelk.
- mkapk cp brug :
brni
sbn tau kurg brnia, etn nmlki
kbrnia
poro albusi predlG.
Akkanai Poeng Arung Bila :
- Niak
appa “Cappak Baruga” (= pannyingkulu
sidang
iareka assibuntulu) nakana tau
riolo
dudua, usaha ngasengko sollanna
nunggappa
ngempoi appaka “cappak baruga”
anjo
punna tena nu kulle ammempoi ngasengi
anne,
tallu iareka rua iamo anjo;
- Makasekrena,
Cappak Baruga :
pasisambung kana, cocoki ri
sambunganna
pannamba kana sicocoki
siagang kana
nisambunganna;
- Makaruana,
Cappak Baruga :
tenaya kacinikang birinna
ilalang annaliti
peradilan siagang tena ni
curigai;
- Makatalluna,
Cappak Baruga :
nipappalakki passeimbangang
ri tangnga passibuntulang,
sabak nikira-kira akkullei na
pahang kana-kana tau riolo
dudua siagang na isseng
jappanna adeleka;
- Makaappana,
Cappak Baruga :
barani sabakna tau kurang
barania, tena nammallaki
kabaraniang poro allambusi
paradelanga;
b. Akkanai Poeng Arung Bila :
- Niak
appa “cappak baruga” (=pannyingkulu sidanga iareka bonena assibuntulu) na kana
tau riolo dudua, usaha ngasengko sollanna nunggappa ammempoi appaka “cappak
baruga” anjo, punna tena nu kulle ammempoi ngasengi, tallu iareka ruamo lebak
ganna;
- “cappak
baruga” makasekre iamiantu :
Sisambung kana, cocoki ri
sambunganna, annempele kana, sicocoki siagang tempelanna;
- “cappak
baruga” makaruana iamiantu :
Tena na kacinikkang birinna
lalang anneliti panngadelan, siagang tena ni curigai siagang singkammana;
- “cappak
baruga” makatalluna iamiantu :
Nipappalakki passeimbangang
ritangnga passibuntulang, sabak nikira-kirai ia akkullei pahang kana-kana tau
riolo, siagang na isseng jappanna adeleka;
- “cappak
baruga” makaappana iamiantu :
Ammallaki kabaraniang, sabak
tau anjo kurang barania(mallak), tena ammallaki kabaraniang poro allambusi
paradelanga anjo;
c. Berkata
Lagi Arung Bila :
- Ada empat “Pojok-baruga” (= sudut persidangan
atau isi pertemuan) menurut orang dahulu kala, usahakanlah semua agar dapat
menduduki keempat “Pojok-baruga” itu, jika tidak dapat menduduki semua, tiga
atau duapun sudah cukup;
- “Pojok-baruga” pertama ialah :
Menyambung
kata, tepat pada sambungannya, menempel kata, sesuai dengan tempelannya;
- “Pojok-baruga” kedua ialah :
Yang
tidak nampak pinggirnya dalam penelitian peradilan, serta tidak diragui
(dicurigai) oleh sesamanya;
- “Pojok-baruga” ketiga ialah :
Dimintai
pertimbangan ditengah majelis (pertemuan), sebab diperkirakan ia mampu memahami
kata-kata orang dahulu, serta mengenal jalan/arah peradilan;
- “Pojok-baruga” keempat ialah :
Mempunyai
keberanian, sebab orang yang kurang berani (penakut), tidak memiliki kemampuan
untuk menegaskan (meluruskan) peradilan itu;
d. Janganlah hendaknya seseorang itu sama sekali
tidak memiliki kemampuan yang dapat diketengahkan dalam suatu majelis
persidangan yang dihadiri oleh beberapa orang terkemukakan, cerdik pandai,
kalaulah tidak menguasai seluruhnya, cukuplah satu-dua saja, agar ia dapat pula
termasuk dalam hitungan/bilangan orang-orang yang disegani, dapat dipandang sebagai
manusia-sumber.
(Punagi, 1983: 23—24)
23. a. aknai poea aru bil:
- nkn tau rialolo dudua nia ap “prmt” sn siGrn.
- mkesern ktoejG siag klbus .
- mkruan abicr toej siag tutuai.
- mktlun sirii siag ktoejG ati.
- mkapn akl siag bji Nw.
- anokoki ktoejG, aiamiatu pgauk nicly.
- anokoki kn toej, aiamiatu etn bel-bel.
- anokok isiri-siri, aiamiatu.
- anokoki akl, aiamiatu, akro-kro.
Akkanai Poeng Arung Bila :
- Nakana
tau riolo dudua, niak appa “parammata” sannak singarakna;
- Makasekrena,
katojengang siagang kalambusang;
- Makaruana,
akbicara tojeng siagang tutui;
- Makatalluna,
sirik siagang katojengang ati;
- Makaappana,
akkala siagang bajik nyawa;
- Annongkoki
katojengang, iamiantu panggaukang nicallaya;
- Annongkoki
kana tojeng, iamiantu tena balle-balle;
- Annongkoki
sirik-sirik, iamiantu;
- Annongkoki
akkala, iamiantu akkaro-karo;
b. Akkanai
Poeng Arung Bila :
- Nakana tau riolo dudua, niak appak “parammata”
anjo singaraka;
- Makasekre, katojengang siagang kalambusang
(turuki na mallak);
- Makarua, akbicara tojeng siagang tutu;
- Makatallu, sirik-sirik siagang katojengang ati;
- Makaappak, akkala pikkiran siagang baji ati;
- Anjo annongkoki (ammanraki) katojengang anjo,
iamiantu panggaukang anjo nicallaya;
- Anjo annongkoki (ammanraki) kana baji, iamiantu
tena balle-balle;
- Anjo annongkoki (ammanraki) sirik-sirik,
iamiantu;
- Anjo annongkoki (ammanraki) akkala pikkirang,
iamiantu akkaro-karo;
c. Berkata
Lagi Arung Bila :
- Menurut orang dahulu kala, ada empat “Permata”
yang bersinar terang:
- Pertama, kejujuran disertai ketaatan (patuh dan
takut );
- Kedua, berkata benar disertai waspada;
- Ketiga, malu (khusus perasaan bersalah) beserta
keteguhan hati;
- Keempat, akal fikiran beserta baik hati
(peramah);
- Yang menutupi (merusak) kejujuran itu, ialah
perbuatan yang tercela;
- Yang menutupi (merusak) kata benar, ialah
dusta-nestapa;
- Yang menutupi (merusak) malu (perasaan
bersalah), ialah kelobaan (rasuk);
- Yang menutupi (merusak) akal fikiran, ialah
keterdesakan (kepepet);
d. Setiap orang hendaklah memperhatikan
(mengindahkan) senantiasa keempat “mutiara” (katojengang siagang kalambusang,
akbicara tojeng siagang tutui, sirik siagang katojengang ati, akkala siagang
bajik nyawa) itu yang menyinari hidup ini, agar terhindar dari kesulitan.
Pappasang
ini biasa digunakan dalam masyarakat makassar, dalam hal memberikan nasehat
atau petuah-petuah yang berisi tentang pengajaran tentang nilai-nilai moral dan
kejujuran.
(Punagi, 1983: 27-29)
24. a. aknai poea aru bil:
- nia an hn n nk tau riaoloa dudua ajo nisbuk tau
bjitn, aamiatu a ai Ges amub ri tau bjik.
- kaupk mkesern, aiamiatu ktoejG, ksugua Nw.
- kaupk mk ruan, iamiatu kn-kn toej etnanbt-bt.
- kaupk mk tlu, aiamiatu ktgua Nw.
- kaupk mkap, aiamiatu pGli.
- kaupk mklimn, aiamiatu kcredk.
- kaupk mkan, aiamiatu kbrnia.
- nia poel aupn tau lbusuk, aiamiatu aumuru jai/lbu.
- nia poel aupn tauu km toGi biesa akuela ni boenai.
- nia poel aupn tau lm Na.
- nia poel aupn tau niak sirin aimitu ag, jai n riami
poel kreG akuel amoli anu tkuel ni kbuar.
- nia poel aupn tau credk aiamiatu klumNG.
- Nia poel aupn tau brnia, aiymiatu pd btu ri engrt.
Akkanai Poeng, Arung Bila :
- Niak
annang halna na kana tau riolo dudua anjo ni sakbuka tau bajitannang iamiantu
ia ngaseng ammumba ri tau bajika;
- Kaupakkang
makasekrena, iamiantu katojengang, kasungguang nyawa;
- Kaupakkang
nakaruana, iamiantu kana-kana tojeng tena na bata-bata;
- Kaupakkang
makatalluna, iamiantu katangguan nyawa;
- Kaupakkang
makaappakna, iamiantu panggalik;
- Kaupakkang
makalimana, iamiantu kacarakdekang;
- Kaupakkang
makaannang, iamiantu kabaraniang;
- Niak
pole upakna tau lambusuka iamiantu umuruk jai/lakbu;
- Niak
pole upakna tau kammatongi biseang akkulle ni bonei;
- Niak
pole upakna tau lamma nyawa ;
- Niak
pole upakna tau niaka sirikna iamiantu agang jai, na riami pole karaenga
akkulle ammolik anu takkulle ni kabuarrang;
- Niak
pole upakna tau carakdeka iamiantu kalumannyang;
- Niak
pole upakna tau barania iamiantu paddang battu ri negarayya;
b. Akkanai
Poeng Arung Bila :
- Niak
annang halna nakana tau riolo dudua anjo nisakbukka tau upak, anjo ngaseng ammumba ri tau anjo bajika;
- Makasekrena
kaupakkang, iamiantu katojengang, kasungguang nyawa;
- Makatalluna
kaupakkang, iamiantu katangguan nyawa;
- Makaappakna
kaupakkang, iamiantu kasiak sirik;
- Makalimana
kaupakkang, iamiantu kacarakdekang;
- Makaannangna
kaupakkang, iamiantu kabaraniang rassi mantap;
- Niak
pole upakna tau malambusuk anjo, iamiantu labbu umuruk;
- Niak
pole upakna tau kammatongi biseang akullea nibonei;
- Niak
pole upakna tau baji ati anjo, jai turunanna;
- Niak
pole upakna tau naisseng sirik, iamiantu jai ampinawangi, iami pole karaeng
akkulle ammoli kabuarrang;
- Niak
pole upakna tau anjo carakdeka siagang carakdek anjo, iamiantu akjari
kalumanyang;
- Niak
pole upakna tau barania anjo, iamiantu paddang battu ri negarayya;
c. Berkata
Lagi Arung Bila :
- Ada enam hal menurut orang dahulu kala yang
disebut orang Mujur (beruntung), yang kesemuanya muncul dari orang yang baik
budi-pekertinya;
- Pertama kemujuran, ialah kejujuran, bersungguh
hati;
- Kedua kemujuran, ialah kata-kata benar tanpa
ragu;
- Ketiga kemujuran, ialah keteguhan hati;
- Keempat kemujuran, ialah rasa malu (karena
berbuat salah);
- Kelima kemujuran, ialah kepintaran (penuh
selidik);
- Keenam kemujuran, ialah keberanian penuh
kemantapan;
- Adapun mujurnya orang-orang jujur itu, adalah
panjang usia;
- Adapun mujurnya orang bagaikan perahu dapat
dimuati;
- Adapun mujurnya orang teguh hati itu, banyak
turunan;
- Adapun mujurnya orang tahu malu (karena suatu
kesalahan), ialah banyak taman/pengikut, kepadanya jualah raja dapat menyimpan
rahasia;
- Adapun mujurnya orang yang pandai dan pintar
itu, menjadi kaya;
- Adapun mujurnya orang pemberani itu, ia
merupakan perisai dari negeri;
d. Biar orang itu dapat memperoleh kejujuran
dalam mengarungi hidup di dunia ini, dianjurkan agar mereka senantiasa berlaku
baik budi pekertinya, dapat mengendalikan diri. Sehingga mereka dapat dipercaya
oleh masyarakatnya, oleh pemerintahnya untuk menjadi pengayom masyarakat dan
negerinya.
Pappasang
ini biasanya digunakan dalam masyarakat makassar, dalam hal memberikan nasehat
dan petuah-petuah sehubungan tentang budi pekerti untuk menjadi seorang warga
masyrakat yang baik dalam suatu pemerintahan.
(Punagi, 1983: 29—32)
25.
a. etako kearokGi
kearoknu, etatoko earoki
aempo ri k tigia tnukuelaai sl nupkbjiki aen ngry. Niboypko n p btu, nijojo pako np nu aiaoai.
Teako
kaerokkangi kaerokannu, teatongko erokki ammempo ri katinggiang tannukulleai
sallang nupakabajiki anne nagarayya. Niboyapako nampa battu, nijokjok pako
nampa nu ioi.
b. Jangan inginkan keinginanmu, jangan juga mau
duduk di tempat tinggi yang kamu tidak bisa nanti kamu perbaiki negara ini. Nanti kamu dicari baru
datang, nanti kamu ditunjuk baru katakan iya.
c. Janganlah menyarahkahi kedudukan, jangan pula
terlalu mengingini jabatan tinggi kau takan sanggup memperbaiki negara. Kalau
dicari baru akan muncul, kalau ditunjuk baru kau mengaku.
d. Pada dasarnya semua orang mencita-citakan
kedudukan atau jabatan tinggi, tetapi takdir dan kesempatan membawanya kearah
lain. Tetapi manakala keserakahan menjadi tolak suatu cita-cita maka dalam
perjalanan menuju cita-cita itu unsur moral akan disampingkan, lebih-lebih lagi
kalau ditunjang oleh keluasaan. Sebaliknya seorang yang beritikad baik pada
umumnya mempunyai harga diri. Oleh sebab itu, ia tidak akan mengemis jabatan
dengan mengorbankan harga dirinya.
(Haddade, 1986: 23)
26. a. etako kbiasGGi kelnu agau,
kodi, n sb biasai ngili kbias
Teako kabiasangngangi kalennu akgauk kodi,
na sabak biasai nakgiling kabiasang..
b. Jangan
biasakan dirimu berbuat jelek,
karena sering menjadi kebiasaan.
c. Jangan membiasakan dirimu berbuat
buruk, karena beralih gunung maka tak beralih kebiasaan.
d. Bagaimana sulitnya memindahkan gunung lebih sulit lagi mengubah
kebiasaan, apalagi kebiasaan yang mendarah daging dan sudah menjadi watak. Perjuangan
manusia yang berat ialah melakukan dirinya sendiri.
(Haddade, 1986: 24)
27.
a. aelai siekedk pun
ajo siekedk aeGr kbjik,
etako aelai jaia pun ajo jai aeGr kkodia.
Allei sikekdekka punna anjo sikekdekka angngerang
kabajikang,
teako allei anjo jaia punna anjo jai angngerang
kakodiang.
b. Ambil yang sedikit kalau yang
sedikit membawa kebaikan,
jangan
ambil yang banyak kalau yang banyak membawa kejelekan.
c. Ambillah yang sedikit bila yang
sedikit membawa kebaikan, tolak yang banyak bila yang banyak mendatangkan
kerusakan.
d. Manusia membutuhkan benda sebagai salah satu
dari sekran banyak kebutuhan untuk kalanjutan hidupnya, apabila hasrat terhadap
benda beralih kecinta benda (Materialistis). Maka kedudukan benda akan bergeser
dari pelengkap menjadi tujuan hidup, dalam
keadaan demikian pasti kemanusian dan kebaikan akan dikorbankan demi untuk
memperolehnya. Kemenangan adalah tujuan terakhir dari suatu perjuangan, tetapi
untuk mencapainya bukanlah berarti mengorbankan kebenaran dan menyampingkan
kebaikan.
(Haddade,
1986: 26)
28.
a. tutuko melp elp
mbiesa
ret boto
tlko
sl
nskoko
alibubu
Tutuko maklepa-lepa
makbiseang
rate bonto
tallangko
sallang
nasakkokko
alimbukbuk
b. Hati-hatilah bersampan
bersampan
atas daratan
tenggelam
nanti
kau
tersendak debu
c. Hati-hatilah bersampan
berperahu
di daratan
nanti
kamu tenggelam
kamu
termakan debu
d. Pappasang di atas biasanya digunakan
masyarakat Makassar dan secara simbolis, menasihatkan kepada setiap individu
agar selalu waspada atau berhati-hati di dalam mengarungi kehidupan ini. Di
dalam mengarungi hidup ini diibaratkan melayarkan bahtera. Seperti yang
dimaksud pada larik pertama. Jika setiap individu tidak waspada dan tidak
pandai mengendalikannya akan ditelan, yang disimbolkan dengan debu pada larik
keempat.
(Halid, 1997: 136)
29.
a. tutu lloko ri kn
aiGko
ri pGauk
kodi
gaunu
kodi
todo blsn
Tutu
laloko ri kana
ingakko
ri panggaukang
kodi
gauknu
kodi
todong balasakna
b. Hati-hatilah dengan tuturan
ingatlah dengan perbuatan
jelek perbuatanmu
jelek juga balasannya
c. Hati-hatilah dalam berucap
waspadalah dalam bertindak
jelek perbuatanmu
jelek pula balasannya
d. Pappasang
ini biasanya digunakan dalam masyarakat Makassar yang berbicara tentang
kewaspadaan, terutama dalam bertutur kata dan bertindak. Khusus tuturan dapat
diibaratkan sebagai tombak yang bermata dua. Artinya, di satu sisi tuturan
dapat membawa keberuntungan, tetapi di sisi lain dapat pula membawa bencana.
Baik keberuntungan maupun bencana, bergantung pada pemanfaatan tuturan
tersebut. Yang pasti adalah bahwa munculnya sejumlah persoalan sosial yang
terkadang berujung pada bencana, antara lain disebabkan oleh ketakterkendalinya
faktor tuturan dalam tindakan. (Halid, 1997: 137)
30.
a. blk nikny lbusu nsb
lbusuk
km toGitu doea akuelai
nipek
ri meG meGan
Ballaka
nikanaya lambusuk nasabak
Lambusuka
kamma tongintu doek akkullei
Nipake
ri mange-mangeanna
b. Rumah dikatakan lurus karena
yang
lurus seperti juga uang yang bisa
dipakai
dimana-mana
c. Milikilah kejujuran sebab
kejujuran itu ibarat uang yang bisa
berlaku dimana-mana
d. Pappasang
ini biasanya digunakan dalam masyarakat Makassar karena pappasang di atas
menggambarkan betapa pentingnya kejujuran itu dimiliki oleh setiap individu.
Kejujuran nilainya sama dengan uang. Artinya, kejujuran itu mendatangkan dan
menghasilkan ketenangan dan ketenteraman hidup. Setiap individu yang menjadikan
kejujuran sebagai landasan hidupnya tidak akan menemui kesulitan dimanapun di
dunia ini berada. (Halid, 1997: 138)
31. Pappasang untuk memelihara dunia
a. ktutuai aen
lino
kljemm ainek
pun ttili buty
pelw mmi
Katutui anne lino
kala jammengma
inakke
punna tattiling
buttaya palewa mami
b. Peliharahlah dunia ini
karena mati saya
apabila miring tanah diratakan
diharapkan
c. Peliharalah dunia ini
karena saya akan mati,
apabila tanah miring dapat diratakan
d. “Peliharalah dan pergunakanlah dunia ini
sebaik-baiknya selama kita hidup.”
Pappasang ini suatu ajaran agama yang
mempunyai arti dan makna agar setiap manusia yang lahir ke dunia mempunyai
kewajiban untuk hidup dan mempergunakan dunia ini dengan segala isinya. Oleh
kerna itu, segala isi bumi ini untuk keperluan hidup manusia sesuai dengan ajaran
dan aturan yang telah diberikan oelh Tuhan kepada manusia.
Setiap orang harus
menyakini dan mengetahui isi bumi dan termasuk manusia tidak kekal dan akan
berakhir pada waktunya, maka selama hidup dipergunakan dan diatur dengan
sebaik-baiknyauntuk keperluan hidup manusia yang hidup. Ungkapan ini juga
sering dipesankan oleh seseorang yang meningalkan sesuatu kepada keturunannya
apakah sebai warisanatau apakah kekuasaandan kewajiban-kewajiban agar dijaga
dan dipergunakan sesuai dengan ketentuan dan kewajaran karena semua ini adalah
pemberian Tuhan Yang Mahakuasa dan kemauan tiap orang tak dapat dipakasakan
begitu saja kerena telah ada hukum dan ketentuan kodrat yang mengaturnya.
Pappsang ini sangat erat hubungannya dengan ajaran agama yang mana setiap orang
harus mensyukuri pemberian dan karunia dari Tuhan dengan tidak menilai besar
atau kecilnya karunia tersebut.
(Tangdilintin,
1984: 33—34)
32. Pappasang untuk berdoa dan
bertobat selagi masih hidup
a. Nro nroko
nutob
rigtiN tlsnu
metko sl nnu ssl kelnu
Nganro-nganroko
nutobak
rigantingang
tallasaknu
mateko sallang nanu
sassalak kalennu
b. Mintalah-mintalah bertobat
sewaktu-waktu ketika-hidup
mati-kau
nanti kau sesalkan dirimu
c. Berdoa dan bertobatlah selagi hidup nanti
engkau mati menyesalkan dirimu.
d. “Pergunakan hidupmu untuk bertobat dan untuk selamat dunia
akhirat”.
Pappasang ini adalah nasehat dan
pesan-pesan yang selalu disampaikan oleh setiap pemimpin agama di manapun
berada dalam membimbing umatnya. Bahwa hal ini harus dinasehatkan demikian karena
manusia di bumi ini pada waktu berada dalam kesenangan biasanya lupa kepada
perintah dan ajaran Tuhan dalam menempati dunia yang fana.
Jadi pappasang ini selalu diungkapkan karena melihat berbagai pengaruh
dan godaan yang dapat membahayakan kehidupan di dunia serta kehidupan di
akhirat dan ini adalah tugas dari setiap pemimpin agama tidak boleyh bosan
dalam memberikan nasehat kepada siapapun saja. Dengan nasehat tersebut dapat
memperbaiki akhlak serta perbuatan baik antara sesama manusia terutama dalam
menjalakan perintah Tuhan yaitu percaya dan bertakwa kepadanya.
Pappsang atau nasehat tersebut sangat
berguna sebagai suatu cara mengajak kepada semua manusia jangan terpengaruh
dengan seluruh kebuasan dunia serta segala kemunafikan yang terdapat di masyarakat,
sehingga diharapkan terjadi saling menghargai sesama manusia serta selalu rukun
dean damai dalam menjalani hidup di dunia ini. Dengan demikian akan tercipta
ketenangan batin dan jiwa pada waktu meninggalkan dunia yang fana dan penuh
dengan berbagai angkara murka dan tetap akan mendapat kehidupan dengan selamat
di akhirat.
(Tangdilintin,
1984: 44)
33. Pappasang jika nanti berpisah dengan
seseorang
a. pun sl
sibokoai
etaki repa kodi
Repa gol
Nkurepki kluku
Punna salang
sibokoi
teaki rampeak kodi
rampeak gola
naku rampeki kaluku
b. Kalau nanti berpisah
jangan membicarakan buruk
bicaralah
gula
kubicarakan
kelapa
c. Kalau nanti berpisah jangan membicarakan kekurangan, tetapi
bicarakan kebaikan
d. “Kalau berpisah berbuat baiklah dan katakan yang baik”.
Pappsang ini merupakan ungkpsan
yang sangat perlu diingat dan diketahui serta diikuti karewna mengajak kepada
kita atau semua orang selalu membicarakan kebaikan atau selalu bersikap baik
agar kekeluargaan dan perhubungan untuk selalu membina persatuan yang terjadi
di antara setiap orang yang bergaul dan berhubungan. Jika kita selalu
membicarakan kejelekan orang maka akan memancing pertentangan atau keretakan,
oleh karena itu sangat perlu memlihara hubunganb itu dengan mengungkap saja
yang baik dan jangan sebaliknya.
Perbuatan yang hanya mengungkap
atau membicarakan kejelekan orang lain akan membicarakan pula kejelekan kita
karena setiap manusia pasti ada kejelekannya dankebaikannya. Makna dari
pappasang ini adalah sebagai nasehat atau pembinaan sosial untuk terjadinya
persatuan dan kerukunan di antara seluruh masyarakat tanpa terkecuali siapapun
orangnya. (Tangdilintin, 1984: 47—48)
34. a. nku
men rimroku
korikori ri
megku
eker wtu
nkumoetr
Nakku manne rianrongku,
kori-kori ri manggeku,
kere wattu nakummotere
b. Rindu sudah kepada ibuku,
sangat rindu kepada bapakku
ku kembali bertemu.
c. Kerinduan dan kecintaan kepada orang tua adalah tidak ada batasnya.
d. Pappasang ini adalah ungkapan yang sering
diungkapkan oleh seorang yang meninggalkan orang tuanya pergi jauh dan
mengenangkan kepada mereka sehingga kerinduannya yang demikian itu dapat
memperdalam cinta kasih kepada orang tua.
Pappasang
ini sebagai ajaran yang sering diajarkan oleh pemimpin agama apapun agar supaya
menghormati dan mengcintai orang tua kita karna kita lahir atas muka bumi ini
karena orang tua kita. Ini membuktikan bahwa kita tidak boleh melawan dan
mendurhakai kepada orang tua agar kita mendapat berkah dan karunia dari
tuhan.seorang anak yang berpendirian demikian itu selalu selamat dimanapun
berada karena doa dan harapan-harapan orang tua selalu menyertainya di mana pun
berada.
Pappasang
ini besar sekali maknanya bagi pendidikan seorang anak guna mencintai orang
tuanya selama lamanya sebagai suatu tuntutan dari ajaran agama. (Tangdilintin, 1984: 42)
35.
a. sidlai bulun tikokon
sislai bulun
tikokon
Sisalai
bulunna tingkokona,
sisalai
bulunna tingkokona.
b. Berbeda bulunya dan dengan
bunyinya
berbeda
bulunya dan bunyinya.
c. Berbeda nilai atau derajatnya atau perbuatannya.
d. Pappasang mengemukakan seseorang dengan
memperkenelkan bagaimana keturunan dan lingkungan keluargannya terutama bagi
orang berketurunan akan memberi keyakinan bahwa orang ini akan bersikap dan
bertingkah laku yang dapat dihormati dan dibanggakan.
(Tangdilintin, 1984: 54)
36.
a. etako earo ni puji nipelec tmtpu,
kl knnu eles
ri kutu toejnu
Teako
erok nipuji nipalece tamattapu,
kala
kanannu lessek ri kuntu tojennu.
b. Jangan mau dipuji-puji,dibujuk terus-menerus
kalau ada kata-katamu kau mengelak dari janjimu.
c. Sesuaikan perbuatan dengan kata-kata akan nampak.
d. Pappasang
ini sebagai cambuk dan peringatan bagi setiap pemimpin ataupun tokoh masyarakat
yang selalu memberi nasihat kepada orang lain. Bahwa setiap orang yang memberi
nasehat itu harus berfikir-fikir lebih dahulu apakah nasehat itu tidak keluar
dari rel karena tidak kurang seorang pemimpin yang berteriak atau memberi
peringatan dan nasehat,tetapi dalam perbuatannya sendiri selalu nampak hal-hal
yang bertentangan dengan apa yang di katakannya.
(Tangdilintin, 1984: 59)
37. a. aenmea gol toj
kluku mnis toj
aen aloa pria jupai mm
Mae golla tonkja
kaluku manisan tonja
anne alloa paria jumpai mama
b. Dahulu saya gula
dahulu saya kelapa
sekarang saya pare
c. Jika dahulu baik, kemudian hari
dapat tidak baik, maka harus sabar dan bertakwa kepada tuhan yang menentukan.
d. Makna dari pada pappasang ini ialah memberi nasehat dan
pendidikan agar supaya setiap orang itu
pada waktu senang dan berbahagia jangan
mengira bahwa keadaan demikian itu akan terus berlangsung karena sekali waktu
dapat sebaliknya, jadi jangan berbangga dengan keadaan yang baik itu, sehingga
dinasehatkan agar supaya selalu bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa yang
menentukan seluruh perjalanan hidup manusia. (Tangdilintin, 1984: 20)
38. a. bji mki
asmturu nni kliki borit
yn nia
eapot mGurGi
Baji maki
assamaturu nani kalliki boritta
yangna niak
empota mangngurangi.
b. Baiklah kita bersatu menjaga kampung
negeri agar ada yang tinggal
ingat.
c. Kita harus membangun Negeri
untuk dikenang oleh anak cucu dikemudian hari.
d. Pappasang ini diungkapkan oleh
Pemimpin yang telah membangun dengan mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat
turut bahu-membahu dalam membahu negeri ini akan ditinggalkan kepada kita.
(Tangdilintin, 1984: 25)
39. a. bolim km
tun epo kmesmes etn anu kodi ri atiku
Bolima kamma tuna empo
kamase-mase assalak tena anu kodi ri atingku.
b. Biarlah bagaikan rendah
kelihatan asalkan tidak dianggap tidak
baik dalam hatiku.
c. Sekalipun aku rendah dan hina kelihatan tetapi dalam hatiku.
d. Pappasang ini sebagai pernyataan
dari orang yang dianggap oleh pihak lain sebagai orang yang tidak baik atau
dihina-hina, tetapi perbuatan dan tingkah laku serta hatinya tidak
demikian. (Tangdilintin, 1984: 26)
40.
a. etako aelai brn pun etaai kau pt
etako aelai kyu
niboli pun etyai kau amoli
etako aelai kyu
niboli ri cpn pun etyai kau
ant.
Teako allei baranna punna teai kau pata,
teako allei kayu niboli punna teyai kau ammoli,
teako allei kayu ni boli ri cappana punna teyai kau
annatak.
b. Jangan mengambil barang-barang yang bukan
milikmu,
jangan mengambil kayu yang
disandarkan jika bukan engkau menyandarkannya,
jangan mengambil kayu yang
ditetak ujung pangkalnya jika bukan engkau yang menetaknya.
c. Mengungkapkan
kebiasaan orang kampung menyan-darkan atau menetak kedua
ujung kayu yang diambilnya di hutan sebagai tanda sudah berpemilik.
d. “Janganlah mengambil barang
oarng kalau bukan kita punya.”
Pappasang
ini mengartikan bahwa jika kalau
bukan kita yang simpang kayu janganlah di ambil karena
itu dosa. Pappasang
ini terkenal sekali dalam kehidupan orang Makassar yaitu
seseorang pergi kehutan ambil kayu dan bertanda sudah miliknya, orang Makassar di
hutan ambil kayu dan sumber kehidupan di dalam hutan kerena banyak sumber daya
alam. Pappasang ini
memiliki nilai-nilai yaitu percaya kepada diri sendiri serta berani dalam
kejujuran dan
bekerja keras dengan penuh rasa tanggung jawab.
(Haddade, 1986:15)
41. a. nia tlu ebet lino aiymiatu
tau etgs
tau jujuru
kn toej
Niak tallu benteng lino iyamiantu
tau tegasak
tau jujuruk
kana tojeng.
b. Ada tiga hal yang dapat dijadikan patokan yaitu :
keteguhan
kejujuran
ucapan
yang benar.
c. Tidak mungkin ada keteguhan
selama diliputi keragu-raguan, sedangkan keraguan-raguan timbul diakibatkan
oleh perbuatan yang tidak diyakini kebenarannya.
d. “Keteguhan dalam bahasa
Makassar disebut yang berarti tegas,
tangguh, teguh pada keyakinan dan taat asas”
Pappasang
ini selalu dikumandangkan di masyarakat Makassar dalam melaksanakan sesuatu
kewajiban bersama untuk dinikmati bersama oleh seluruh warga masyarakat.
Pappasang ada tiga hal yang
menjadi kiat utama merantau yakni; Kejujuran, Keteguhan hati, tutur kata yang berlandaskan
kebenaran, dan keikhlasan menerima apa adanya. Oleh sebab itu, janganlah kamu
salah rencana dan salah melangkah, dan juga janganlah kamu pernah meninggalkan
sembahyang lima waktu, serta janganlah kamu memandang remeh petuah ini, karena
itu mengandung kebenaran yang akan menjadi kenyataan kelak.
Pappasang
ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Makassar sebagai pappasang yang arti dan
makna keteguhan dalam
merantau di kampung orang lain dan bersekutu untuk membina kesatuan.
(Mahmud, 1986: 23)
42. a. sdrki meG ri al tal
nsb al
tal aserki pmoporo ri lino siag ri aehr.
Sandaraki mange ri allah taalah
nasabak allah taalah angsareki pammoporok ri lino
siagang ri aherak
b.
Berlindunglah kepada tuhan,
tuhan
maha pemberi ampun di dunia dan di akhirat.
c.
Bertaubatlah dan
berbuat amal sebagai bekal ke akhirat.
d. “Bertaubatlah kepada tuhan, tuhan pemberi ampun di
sunia dan di
akhirat”
Pappasang ini sangat berguna untuk
masyarakat Makassar untuk selalu mengingatkan kepada setiap orang agar
taat kepada agama dan menyembah kepada
Tuhan serta mengenal dan mau membantu sesama manusia yang tidak berkemampuan.
Pappasang ini adalah nasehat dari
masyarakat Makassar yang selalu diucapkan oleh pemuka agama dalam memberikan
pelayanan agama atau ceramah keagamaan, karena dengan keyakinan bagi setiap
umat dapat berbuat sesuai dengann tuntunan agama, yaitu selama masih hidup
harus taat dan percaya serta bertaubatlah agar Tuhan menghapus
dosamu, demikian
pula beramal kepada sesama manusia terutama kepada yang tidak mampu sebagai
perbuatan yang merupakan tuntunan agama, karena mengkasihani sesama manusia.
Juga dalam hal ini mengajarkan makna jangan terlalu dikendalikan oleh nafsu
serakah dan terpesona kepada kemewahan dunia, sehingga lupa akan kewajiban
yaitu bersembahyang dan menghasihani sesama manusia. Semua agama mengajarkan
ajaran tersebut serta merupakan
kewajiban dari setiap orang yang beragama. (Mahmud, 1989: 43)
43. Pappasang untuk jaga diri menjelang malam
a. etako asuluki pun sr alo. nsb sn jain ppisk aiyerk
sb nnugp pun etn nki apileGri ri knkn siag ppisk nipbtuaGki ri kbjik ri bt
kely.
Teako assuluki riballak punna
sakrak alloa, nasabak sanna jaina pappisangka iareka sabak nanugappa punna tena
naki appilanggeri ri kana-nana siagang pappisangka nipabattuangngangki ri
kabajikang ri batang kaleya.
b. Jangan
keluar di rumah kalau menjelang malam, karena banyak sekali larangan atau sebak
kau dapat kalau tidak mendengar dibilang-bilang dan larangan yang disampaikan
di kebaikan batang tubuh.
c. Janganlah engkau keluar rumah jika menjelang
malam, karena banyak larangan serta musibah yang didapat jika kita tidak
mendengar perkataan serta larangan yang disampaikan untuk kebaikan diri kita
sendiri.
d. Pada dasarnya, seseorang baik gadis maupun
laki-laki tidak dianjurkan untuk keluar pada saat menjelang malam, dan apabila
dia melanggar maka dipercayai akan terjadi sesuatu yang akan menimpa dirinya. Pappasang ini biasanya disampaikan oleh
masyarakat Makassar untuk anak-anaknya yang ingin keluar saat menjelang malam. (Saptika,
1952: 11)
44. Pappasang untuk tidak memasak sayur pare
a. etako amli pria pun alo jum. nsb aill tlsk nia
niaerGG eten siag pai. pun apluki priy ri alo jumk etnmo tw nrup nikny keteny.
Nsb kelb llGGi pain tlsk.
Teako ammalli pariya punna
allo jumak, nasabak ilalang tallasaka niak niarengangngang tekne siagang paik,
punna appalluki paria ri allo jumaka tenamo tawwa nanrumpa nikanaya katekneang,
nasabak kalekbak lalangngangi paikna tallasaka.
b. Jangan
kau membeli pare kalau hari jumat,
karena dalam hidup ada namanya manis dan pahit, kalau masak pare di hari Jumat tidak menemukan
namanya manis, karena sudah dalam pahit hidup.
c. Janganlah membeli sayur pare pada hari Jumat,
karena di dalam hidup ada yang disebutkan dengan manis dan pahit. Jika kita
memasak sayur pere di hari Jumat itu tidak akan ada yang namanya manis karena
terlanjur dalam pahitnya hidup.
d. Kita dianjurkan untuk tidak membeli sayur pare
pada hari Jumat, karena leluhur kita dulu pernah mengalami yang namanya
pahitnya hidup dan kita harus percaya dalam hal ini karena di dalam budaya
Makassar pappasang ini masih sakral
digunakan dan apabila melanggar maka dipercaya kita akan mengalami hidup yang
begitu pahit (sengsara). (Saptika, 1952: 15)
45. Pappasang untuk gadis yang duduk di tangga
a. etako aempoai ri brisin tukk. nsb ajo nikny del etn
niaesGi akn tsuek iaiyerk ttokoki. pun aempo tw ri tukk aNtNtai akn nitokoki tu
lmeGa asuro ri bl siag nitokoki tauw del nani ejp boyboyy ri lino siag ri aehr.
Teako ammempoi ri barrisikna
tukaka, nasabak anjo nikanaya dallek tena niassengi angkana tassungke iyareka
tattongkoki. Punna ammempo tawwa ri tukaka aknyata-nyatai angkana nitongkoki tu
lamangea assuro ri ballak siagang nitongkoki tawwa dallek nanijempang
boya-boyanga ri lino siagang ri aherak.
b. Jangan
kau duduk di baris tangga, karena itu dibilang rezeki tidak tahu terbuka atau
tertutup. Kalau duduk di tangga nyata-nyata dibilang ditutup mau pergi melamar
di rumah dan ditutup rezeki dan pencarian dunia dan akhirat.
c. Janganlah engkau duduk di baris tangga, karena
itu rezeki kita tak tahu kapan terbuka dan tertutup. Jika duduk di tangga itu
sudah nyata bahwa tertutuplah orang yang ingin meminang kita serta ditutupkan rezeki
serta penghidupan di dunia dan akhirat.
d. Seorang anak gadis yang dilarang untuk duduk
di baris tangga, karena jika kita melanggar pappasang tersebut. Hidup seorang
gadis akan buruk. Dan tidak akan mendapatkan pasangan di hari kelak nanti serta
ditutupkan Rezekinya. (Saptika, 1952: 17)
46.
a. earoku elbmi kugauk kupek bju cdiku
amt.
Erokku lekba’mi kugaukang kupakei
baju cakdiku ammantang.
b. Keinginan selesai ku-ikuti kepakai baju
kecilku hentikan.
c. Telak kuakui inginan hatiku tetapi kini hatiku
kecilku telah menghentikan.
d. Ungkapan ini adalah sebagai pernyataan dari seseorang untuk
diketahui orang lain tentang maksud dan tujuan yang pernah direncanakan dan
sudah diketahui orang lain. Bahwa pernyataan semacam ini ada jikalau seseorang
sudah menyesali dirinya baik karena bertentagan dengan orang lain, sehingga
mengatakan demikian berarti benar-benar sudah menyadari apa yang dibuatnya itu
tidak mendapat sambutan orang lain. (Suwondo,
1982: 24)
47.
a. krea etn n tp pun hki js etn nGer
sogok.
Karaeng
tena na tappa punna hakim/jaksa tena nangnganre sogokang
b. Raja tak –--mengepit hakim/jaksa tak--– makan sogok
c. Pemerintah dan hakim/jaksa hendaknya berlaku
jujur dan adil tak ada yang dianakemaskan.
d. Yang dimaksud dengan pemerintah di sini ialah
semua yang berkedudukan pemimpin atau berstatus membawahi sekolompok masyarakat
dengan satu aturan dalam tangannya, serta hakim juga di sini adalah semua orang
atau pihak yang akan mengadili atau menyelesaikan persoalan masyarakat dengan
kekuasaan dan peranan dalam tangannya.
Jadi,
ungkapan ini sebagai nasehat kepada pemerintah ataupun kepada hakim agar
berlaku jujur dan adil dalam masyarakat dan jangan pilih kasih serta jangan
mementingkan harga untuk mengorbankan kebenaran.
Mengatakan
bahwa ungkapan ini adalah ungkapan sebagai pesan dari seorang ahli pemerintahan
dan kemasyarakatan bernama kajao laliddo ratusan tahun yang lalu. Kajao laliddo
banyak menasehatkan hal-hal yang berhubungan dengan kemasyarakatan serta
pemerintahan dan sampai sekarang ini menjadi ungkapan yang dipegang di seluruh
kelompoketnis bugis.
Jadi, nilai etis yang dikandung
dengan ungkapan tersebut ialah pembinaan pribadi kepada pemimpin-pemimpin yang
mendapat kepercayaan dari pemerintah dan masyarakat. (Suwondo, 1982: 25)
48.
a. earok kau niGai tiai an
siag
tiaito byao boto.
Erokka kau ningai ingka tiai anak
siagang tiaitong bayao botto.
b. Maukah –-kau disukai engkau
bukan-– anak juga bukan telur –-busuk
c. Hendak disengani tetapi bukan anak juga bukan orang tidak baik.
d. Dari ungkapan ini ialah menyatakan bahwa seperti: Seseorang yang
diberikan sesuatu pekerjaan kenyataannya tidak bertanggung jawab sehingga tidak
dihargai atau disengani. Bahwa orang di masyarakat maunya diperlakukan dengan
baik dan dengan perhargaan yang cukup, tetapi sebaliknya tidak dapat
memperlihatkan suatu sikap yang dapat menarik perhatian untuk disengani
akhirnya menjadi orang yang lain malahan bosan dan tidak memberi penghargaan
yang semestinya.
(Suwondo, 1982: 26)
49.
a. etako rnu duduai pun nia kluku amt
aik anu etn
boenn.
Teako rannu dudui punna niak
kaluku ammattung
ingka Anu tena bonena.
b. Jangan kau gembira sekali jatuhnya kelapa yang
kosong isinya.
c. Jangan terus bergembira pada waktu mendapat sesuatu yang
kedengarannya besar tetapi manfaatnya tidak ada.
b. Bahwa seseorang yang sering mendapat barang
yang sangat berharga dengan tiba-tiba, tetapi pada waktu hendak memanfaatkan
barang itu tidak ada gunanya atau tidak bermanfaat bagi dirinya.Dapat diberikan
contoh: Umpamanya seorang yang mendapatkan seluas tanah yang berbatu-batu
sebagai sesuatu harga kekayaan yang besar kelihatannya atau kedengarannya besar
tetapi apa jadinya kemudian tanah berbatu-batu itu tidak ada sesuatu yang dapat
diperoleh dari padanya karena tidak ada hasilnya, sehingga orang yang melihat
orang mendapat tanah berbatu-batu dulunya gembira itu mengatakan “Aja mumarennu
wegang enrunna kalukue nagalongkong lisena.”. (Suwondo,
1982: 26)
PAPPASENG
BUGIS (ppes)
Pappaseng berasal dari kata dasar paseng
yang berarti pesan yang harus
dipegang sebagai amanat, berisi nasehat, dan merupakan wasiat yang perlu
diketahui dan diindahkan. Pappaseng dalam bahasa Bugis mempunyai makna yang
sama dengan wasiat dalam bahasa Indonesia.
Pappaseng dapat pula diartikan pangaja’ yang bermakna nasihatyang
berisi ajakan moral yang patut dituruti.
Dalam tulisan punagi (1983:1) dinyatakan bahwa
pappaseng adalah wasiat orang tua kepada anak cucunya (orang banyak) yang harus
selalu diingat sehingga amanatnya perlu dipatuhi dan dilaksanakan atas rasa
tanggung jawab.
Mattalitti (1980:5) juga mengemukakan bahwa pappaseng bermakna petunjuk-petunjuk dan
nasihat dari nenek moyang orang bugis zaman dahulu untuk anak cucunya agar
menjalani hidup dengan baik.
Jadi, pappaseng
adalah wasiat orang-orang tua dahulu kepada anak cucunya (generasi berikutnya)
yang berisi petunjuk, nasihat, dan amanat yang harus dipatuhi dan dilaksanakan
agar dapat menjalani hidup dengan baik.
50. Pappaseng yang berhubungan dengan
kesetiaan
a. aEKtu mtu nmlEbo wnuwea. mCji alE lipuea msol lolGEeG. lENEni auG
pnsea. msobuni
lEPuea ripslni tujuea. tERipgEtE bEciea. siaeR bel tauew. siblublu sibEelbEela.
nig riat aiyn riblu. ntuwoaini sErisEri dpurEeG. tEmduPu apiea. risElorE aluea.
risepa ptpiea. aiyptu nttEp kErEn neRpi api
adE tEmjuelkaiea pbtPulwE.
Engka tu matu
namalebbo wanuwae. Mancaji ale’ lipue masola lolange’nge. Leceni unga panase.
Masobuni lempue ripasalani tujue. Tenripagetteng bencie. Sianre bale tauwe.
Sibalu balu sibelle bellea. Niga riataiyana ribalu. Natuwoini seri-seri
dapurengnge. Temmadumpu apie. Riselore’ alue. Risapea patapie. Iyapatu natetepa
kerena nanrepi api ide temajulekaie pabatampulaweng.
b. “Akan datang suatu masa kelak
dimana negeri, ditimpa malapetaka, perkampungan menjadi hutan belantara,
pergaulan bebas, nangka tak berputik (kebenaran yang tersembunyi), yang benar
disalahkan, tak direntangkan alat pelurus (tak dilaksanakan aturan hukum)
saling memakanlah orang seperti ikan (yang kuat dan besar memakan yang kecil),
saling menjual, saling membeli, siapa yang kecil terkecoh, dialah yang dijual,
dapur ditumbuhi rumput, api tak menyala, lesung ditelungkupkan, niru digantung.
Nanilah tertimpa keramatnya adat, jika orang yang bersalah dimakan api adat
(baru ada tertib hukum, jika orang yang melanggar hukum dijatuhi pidana)’’.
c. Keadaan masyarakat yang kacau
balau ditimpa kelaparan dan wabah, dengki, dan perbuatan sewenang-wenang
merajalela, pemimpin keadaan baru berubah jika orang-orang yang melanggar hukum
benar-benar dijatuhi pidana sesuai dengan hukum yang berlaku. (Enre, dkk.
1985/1986)
51. Pappaseng yang berhubungan dengan
keteguhan
a. tElu rial todo aiynritu
gEtE. lEPu. n ad toGE.
Tellu riala todo
iyanaritu getteng. Lempu. Na ada tongeng.
b. “Ada tiga hal yang dijadikan
patokan yaitu : ketegasan, kejujuran, dan ucapan yang benar”
c. Tidak mungkin ada keteguhan
selama diliputi keragu-raguan, sedangkan keragu-raguan timbul diakibatkan oleh
perbuatan yang tidak diyakini kebenarannya.
(Enre, dkk. 1985/1986)
52. Pappaseng yang berhubungan dengan
keagamaan
a.
aliRuko ri pua altal pua mrj adPE ri lino nEnia ri aehr.
Alinrungko
ri puang alataala puang maraja madampeng ri lino nennia ri ahera’
b. “Berlindunglah kepada Tuhan,
Tuham Maha pemberi ampun di dunia dan di akhirat”
c. Bertaubatlah kepada Tuhan, Tuhan
pemberi ampun di dunia dan di akhirat. Ada beberapa pendahulu kita yang telah
berupaya untuk melestarikan pappaseng ini, baik berupa penulisan kembali
naskah pappaseng maupun berupa penelitian dan berbagai bentuk tulisan
lainnya, seperti yang telah dilakukan oleh Mangemba(1956), Mattulada(1975);
Amir, dkk.(1982), Rahim(1985),. Haddade (1986), Mattalitti, dkk.(1986),
Punagi(1989), Enre(1992), dan Said D.M.
(1997). Beberapa tulisan itulah yang memberikan inspirasi kepada penulis
menyajikan makalah ini untuk mengungkap nilai-nilai luhur yang terdapat dalam pappaseng
yang dianggap masih relevan dengan kehidupan masyarakat Bugis hingga saat
ini. Meskipun demikian, pappaseng bukan hanya perlu dilestarikan
dalam bentuk tulisan dan berbagai dokumen melainkan pappaseng itu perlu
disosialisasikan, diajarkan, dan diimplemen-tasikan dalam berbagai aspek
kehidupan.
53.
Pappaseng berhubungan dengan tingkah laku
a. aj mual wrPr nerko tniy wrPrmu
aj mual aju ripseR nerko tniy iko pseRai
aj mual aju riwEt wli nerk tnia iko Petai
Ajak muala waramparang
narekko taniya waramparammu
Ajak
muala aju ripasanre narekko tania iko pasanrei
Ajak
muala aju riwetta wali narekko tania iko mpettai
b. Jangan mengambil barang-barang
yang bukan milikmu
Jangan mengambil kayu yang
disandarkan jika bukan engkau yang menyandarkannya
Jangan mengambil kayu yang
ditetak ujung pangkalnya jika bukan engkau yang menetaknya
c. Pappaseng tersebut mengungkapkan
kebiasaan orang kampung yang menyandar-nyandarkan atau menetak kedua ujung kayu yang diambilnya
di hutan sebagai tanda sudah berpemilik.
54. Pappaseng tingkah laku
a.
Naiy ponlEpuea tElu Rupai aiynritu.
esauw naiyp
npoadai kdopi
moleaGi.
mduan aiyp
npogauai kdopi lurueaGi ri muRipi
tauea.
mtElun
tEneaeRkiea wrPr riplolo tenskrE adad mdiaolon.
“Naiyya
ponnalempuq e tellu nrupai iyanaritu :
Seuwwa naiyyapa napoadai kadopi molaengi.
Madduana iyapa napogaui kadopi luruiengi, ri munripi tauwe.
Matelluna tennaenrekie waramparang ripaloloq, tennasakkareng ada-ada
madiolonna.
b. Yang menjadi pangkal kejujuran ada tiga macam yaitu pertama dikatakan ya bila sanggup melaksanakannya.
Kedua dilakukannya bila mampu menanggung resikonya.
Ketiga tidak menerima bahan sogokan, tidak meyangkal terhadap kata-kata yang
pernah diucapkan.
c. Pappaseng ini menjelaskan mengenai dasar
kejujuran. Sifat-sifat yang dimiliki orang jujur, orang jujur tidak akan bias
menyanggupi sesuatu apabila ia tidak dapat melaksanakannya, menanggung
resikonya dan ia tidak akan pernah melupakan apa yang pernah dia katakan.
55. Pappaseng tingkah laku
a.
aj llo nslaiko ac sibw lEPu
naiyriasEea ac
edgg msaus npogau
edto ad msaus
nbli ad medec mlEmea
mtEpEki ri pdt
ruptau
naiy riasEeG lEPu
mkEsiGii gaun
ptujuai nwnwn
medec aeP aePn
nemtau riedwtea
Ajaq nasalaiko acca sibawa lempuq
naiya riasenge acca degaga masaussa napogauk
de`to ada masaussa nabali ada madeceng malem-mak e
mtepekki ri padana rupatau
naiya riasenge lempuq makessingi gaukna
patujui nawa nawana madeceng ampe-ampena
nametau ridewatae.
b. Jangan
ditinggalkan oleh keckapan dan kejujuran
Yang
dinamakan cakap, tidak ada yang sulit dilaksanakan
Tidak
ada juga pembicaraan yang sulit disambut dengan kata-kata yang baik serta lemah
lembut, percaya kepada sesama
manusia
Yang
dinamakan jujur, perbuatannya baik,
dan takut
kepada Tuhan
c.
Dalam
pappaseng tersebut dijelaskan bahwa
kecakapan dan kejujuran sebaiknya seiring dan saling menunjang. Kecakapan tanpa
kejujuran ibarat kapal tanpa nahkoda, sedangkan kejujuran tnpa kecakapan ibarat
nahkoda tanpa kapal. (Fachruddin Ambo Endre, dkk. 1985/1986)
56. Pappaseng
mengenai kejujuran dan kesucian
a. duwmi riyl spo auGn pnsaE sibw bElo knukuea. (duwmi riyl spo
lEPuea sibw pcieG)
Duwami riyala sappo ungana panasae sibawa belo kanuku’e (Duwami
riyala sappo lempu’e sibawa paccing’e).
b. Dua
yang dijadikan pagar yaitu kejujuran dan kesucian.
c.
Ungana
panasae (lempu’e) artinya bunga nangka, yang dijadikan
simbol kejujuran orang Bugis dan belo
kanuku’e (paccing’e) artinya hiasan kuku yang dijadikan simbol kesucian
orang Bugis. Pagar diri sebenarnya sudah cukup bila iya memiliki keduanya,
yaitu dapat memelihara sifat jujur dan perbuatanya bersih dari noda dan
pelanggaran.
Menurut
masyarakat Bugis malempu maksudnya makkebolai ada tongenge ri alena naiyya
sampoengngi ada tongengnge belewe. Artinya jujur itu adalah terdapatnya
perkataan benar dalam diri seseorang dan yang merusak kejujuran adalah
perkataan dusta, atau sifat yang suka berkata bohong. Sedangkan paccing itu
terdiri dari empat jenis, yaitu (1) paccing
pangkaukeng, yaitu suci dalam tindakan dan perbuatan (2) paccing ateka’ (ati) yaitu suci hati
dari nilai-nilai buruk (3) paccing
watakkale, yaitu bersih anggot badan dari kotoran atau bau yang tidak enak
(4) paccing lila, yaitu bersih lidahnya
dari perkataan buruk. Ini menandakan bahwa masyarakat Bugis sungguh sangat
menyukai kejujuran dan kesucian dan berharap berada di dalam suasana itu terus
menerus.
57. Pappaseng yang berhubungan dengan etos
kerja
a. aiiyp
nrisE mukuruai sEwaE jmjm nrEko purni rilloai.
Iyyapa narisseng mukkurui sewwae
jama-jamang narekko purani rilaloi.
b.
Kita baru dapat mengetahui tingkat atau mengukur kedalaman
dan luasnya suatu pekerjaan, apabila kita sudah melakukan atau melaluinya.
c.
Ini salah satu pappaseng
orang bugis yang kalau dimaknai kurang lebihnya sebagai berikut:
Sulit tidaknya sebuah pekerjaan ataupun suatu usaha baru
dapat diketahui jika telah pernah kita kerjakan atau alami.Orang bugis terkenal
jiwa pelautnya, mereka melanglang buana ke seluruh penjuru dunia tidak ada rasa
takut dan tidak ada istilah mundur sebelum mencoba. Dalamnya laut, luasnya
samudra buka hal yang harus ditakuti tetapi memanfaatkan untuk mencapai tujuan
pelayarannya.
Terkadang dalam memulai suatu usaha atau kegiatan akan muncul
keraguan, biasanya akan ada bisikan “jangan-jangan!, Kalau gagal gimana, Kalau
ini itu!, Sulit itu, Nggak mungkin” yang menyebabkan kita tidak berani
mengambil langkah. Akhirnya terkadang peluang yang sudah ada akan berlalu
begitu saja.
58. Pappaseng berbicara
a. aj mumtEbE ad
ap aiytu adE meag bEtuwn. muatutuaiwi lilmu, ap aiy lilea pewerewer
Ajak mumatebbe ada
apak iyatu ade maega bettuwanna. Muatutuiwi lilamu, apak iya lilae pawere-were
b. Jangan banyak bicara, sebab
bicara itu banyak artinya, jagalah lidahmu, sebab lidah itu pengiris-ngiris
c. Bicara banyak menimbulkan hal:
1) Memburukkan yang baik dan
menyalahkan yang benar. Sebaliknya dapat pula membaikkan yang buruk dan
membenarkan yang salah.
2) Lebih memburukkan yang buruk lebh
dan lebih menyalahkan yang salah. Demikan pula sebaliknya.
3) Menimbulkan perbedaan pengertian
akibat salah tanggapan.
Lilae
onronna racungnge sibawa tampa e, artinya
lidah adalah tempatnya racun dan penawar. Itulah sebabnya lidah perlu dijaga,
karena tergantung kearah mana hendak dibawa.
(Arung Matoa Sangkuru, 1607 : 14)
59. Pappaseng pekerjaan
a. aj mumealo
nbet makl ricpn lteG
Ajak mumaelo
nabetta makkala ricappakna latengnge
b.
Jangan
mau didahului menginjakkan kaki di ujung titian
c.
Pada
umumnya titian dapat dilalui seseorang saja, aka siapa yang terdahulu
menginjakkan kaki di ujungnya dialah yang berhak meniti lebih dahulu; artinya
bertindak mendahuui orang lain. bertindak cepat dengan penuh keberanian
mengandung risiko yang besar, tetapi tidak ada kebesaran tanpa perbuatan besar
dan tidak ada perbuatan tanpa resiko yang besar. Selain dari itu langkah
pertama menuju sukses, ialah menciptakan sesuatu yang baru. (Ninnong, 1993 :
21)
60. Pappaseng mengejar cita-cita
a. aj mauGowai
aoRo, aj to muacinai teR tudeG, edtumuel ai pdE cEGitn. Risppo muaoPE, rijElo
pomuaekGau.
Ajak muangowai
onrong, ajak to muacinnai tanre tudangeng, dektumulle I pade cengitana.
Risappapo muompe, rijellok pomuakke’ngau.
b. Janganlah menyerahkan kedudukan.
Jangan pula terlalu menginginkan jabatan tinggi. Kamu takkan sanggup
memperbaiki negara. Kalau dicari baru akan mucul. Kalau ditunjuk baru kamu
megaku (menerima).
c. Pada dasarnya semua orang
mencita-citakan kedudukan atau jabatan tinggi, tetapi takdir dan kesempatan
membawanya kearah lain. tetapi manakalah serakahannya menjadi titik tolak suatu
cita-cita maka dalam perjalanan menuju cita-cita itu unsur moral akan
dikesampingkan, lebih-lebih lagi kalau ditunjangkan oleh keluasan. Sebaliknya
seseorang yang bertingkah baik pada umunya mempunyai harga diri. Oleh sebab itu
ia tidak akan mengemis jabatan dengan mengorbangkan harga dirinya.
(Pabarangi, 1986: 27)
61. Pappaseng kejujuran sebagai penghormatan
terhadap hak orang Lain
a. aj mual aju
ripseR nerko tniy aiko pseRk ai
Ajak muala aju ripasanre narekko
taniya iko pasanrek i
b. Jangan mengambil kayu yang
disandarkan jika bukan engkau yang menyandarkan.
c.
Sebatang
kayu tidak mungkin sandar sendiri apabila tidak ada orang yang menyandarkannya.
seruan tersebut menyiratkan pappaseng mengenai
ajaran untuk menghormati hak orang lain disamping mengetahui hak sendiri. Pappaseng tersebut merupakan perwujudan
dari nilai kejujuran. Kejujuran tidak boleh dianggap biasa, bahkan disepelekan
dalam kehidupan bermasyarakat. Kejujuran hendaknya senantiasa dilestarikan dan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu penyebab terjadinya
ketidakseimbangan dalam masyarakat adalah tidak diaplikasikannya nilai-nilai
kejujuran itu. Padahal berlaku jujur merupakan suatu keharusan bagi setiap
individu. Kasus seperti bank Century dan adanya makelar kasus serta kasus-kasus
yang lain yang menerpa negeri ini salah satu penyebabnya adalah karena
nilai-nilai kejujuran itu tidak difungsikan lagi, sulit dibedakan yang mana hak
orang lain dan mana milik pribadi. Nilai-nilai pappaseng tidak dapat menjadi
kendali bagi para pelakunya karena tidak dijadikan sebagai pedoman hidup.
Dengan demikian, nilai-nilai pappaseng
alempureng perlu dimasyarakatkan kembali bukan hanya pada masyarakat Bugis,
melainkan pada seluruh masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, wahai masyarakat Indonesia mari kita menjadikan Pappaseng alempureng sebagai pedoman
hidup dan mengamalkannya, sehingga dapat menjadi kendali dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
62. Pappaseng kejujuran sebagai benteng
kehidupan
a. duwai kual
spo auNn pnsea neblo knukuea
Duwai kuala sappo,
unganna panasae nabelo kanukue
b.
Ada
dua kujadikan pagar, kembang nangka dan penghias kuku
c.
Kembang
nangka dalam masyarakat Bugis dinamakan lempu,
artinya jujur, Adapun penghias kuku dalam masyarakat Bugis dinamakan pacci yang mirip bunyinya dengan kata paccing artinya bersih (suci).
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam masyarakat Bugis, kejujuran dan kesucian
jiwa seseorang dapat dijadikan benteng dan penghias kehidupan, sehingga
seseorang tampak kaya dengan budi pekerti yang luhur. Nilai kejujuran itu
hendaknya dapat dimiliki oleh setiap orang, karena kejujuran merupakan benteng
kehidupan dan kesucian merupakan pancaran kalbu yang teraplikasi melalui
kejujuran. Orang yang jujur tidak mudah terpengaruh untuk mengambil sesuatu
yang bukan haknya. Dengan demikian, kejujuran dapat menjadi kendali dalam
kehidupan seseorang.
(http://bungawellu.blogspot.com/2013/04/ada-pappaseng.html)
63. Pappaseng perjalanan
a.
nerko loko mkai aejmu
lEtupo riaoRo mu
np muak aejmu.
pedecGi pePn Nwmu.
mgElo mnEpi tpn tau ea mitko
np mEed.
Narekko
loko makkai ajemu
lettupo
rionrong mu
nappa
muakka ajemu.
padecengi
rampena nyawamu,
magello
maneppi tappana tau e mitako
nappa
medde’.
b.
Jika ingin mengangkatkan kaki
hendaknya sampai tempat tujuan
baru mengangkatkan kaki.
Perbaikilah perasaanmu,
jika orang sudah baik terhadapmu
barulah berangkat.
c.
Jika ingin bepergian, hendaknya perasaan kita lebih
dahulu sampai lalu melihat suasana yang ingin kita kunjungi baru berangkat. Memperbaiki
perasaan kita, apabila kita merasa orang sudah baik terhadap kita, barulah kita
berangkat.
(Sastra lisan : Muin)
64.
Pappaseng mengenai keberanian
a. nerko moloaiko
musu. aj muemtau mmesaiwi tobrniea msuro nerwE. nsb erko sidupai blit npgKni
ritu ekdon tobrniea. naiy tommusuea. nwnw mlEPu sibw ac. aiytonritu plePri
suGE.
Narekko moloiko musu, aja mume’tau mamase’iwi tobaranie
masuro nare’we. Nasaba rekko siduppai balina napagankani ritu kedona tobaranie,
naiya tomamusue. Nawanawa malempu sibawa acca, iyatonaritu palamperi sunge.
b.
“Jika engkau menghadapi perang, janganlah ragu-ragu
mengasihani orang berani yang memohon belas kasihan. Sebab dalam peperangan itu
pemberani akan beringas menghadapi musuh, padahal kunci kemenangan dalam
peperangan adalah keyakinan yang jujur, dan tekad baik yang dibarengi
kepintaran.”
c.
Orang yang
bertempur di medan perang, tidak semata-mata mengejar kemenangan. Jika bisa
untuk memperoleh kemenangan sudah menguasai seluruh pikiran seorang pemberani
di medan peperangan, maka ia akan bertindak kejam dan berusaha menghabisi semua
musuhnya. Tindakan seperti ini bukanlah ksatria. Oleh karena itu, seorang
pemberani haruslah menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan senantiasa
memadukan keyakinan dan kejujuran. Orang yang memiliki keberanian adalah orang yang tak
gentar melakukan pekerjaan baik yang sulit maupun yang mudah, ia mengucapkan
perkataan kasar maupun lemah lembut, ia berani memutuskan perkara yang sulit
maupun yang mudah sesuai dengan kebenaran, ia berani mengingatkan serta
menasehati para pembesar maupun orang awam, sesuai dengan kemampuan dan ia juga
berani membuat penyampaian, baik yang menyangkut, kebaikan maupun kejahatan
menurut wajarnya
65. Pappaseng yang berhubungan dengan siri’
a.
nerko sirin nrRE tERitEeRGin nrieaw.
Narekko sirina narampe temritemrengina
nariewa.
b.
“kalau harga diri yang disinggung tanpa tanggapan langsung
dilawan.”
c. Apabila harga diri yang dibicarakan maka
tak ada jalan lain kecuali harus dihadapi tanpa mempertimbangkan risiko yang akan diterima, itulah pappaseng yang masih dipegang teguh oleh
masyarakat Bugis. Untuk menangkal siri’
dari berbagai ancaman, kita perlu mawas diri serta senantiasa berbuat
kebajikan kepada sesama manusia. Meskipun demikian, kejadian yang tidak
menyenangkan biasa muncul dengan tiba-tiba dan tak ada daya untuk
menghindarinya.
(http://bungawellu.blogspot.com/2013/04/ada-pappaseng.html)
66. Pappaseng mengenai kebenaran
a. pl aurgea.
etbek toGEGE. etcau meagea. etsieaw
situllE.
Pala uragae,
tebbakke tongengge, teccau maegae, tessiewa situla’e.
b. Tipu
daya mungkin berhasil untuk sementara, tetapi kebenaran tak termusnahkan, kebenaran tetap akan
hidup dan bersinar terus di dalam kalbu manusia.
c. Karena
sumber kebenaran datangnya dari Tuhan. Yang sedikit mungkin
mengalahkan yang banyak untuk sementara karena kekuatan. Akan tetapi yang
banyak tidak dapat diabaikan atau dimusnahkan. Yang banyak saja sudah satu
kekuatan apalagi yang banyak membina kekuatan.tidak mungkin matahari tenggelam
di siang hari, seperti tidak mungkinnya memusnahkan kebenaran .
(http://bungawellu.blogspot.com/2013/04/ada-pappaseng.html)
MANTRA/ DOANGANG (doaG)
Mantra sebenarnya lebih sesuai digolongkan ke dalam bentuk
puisi bebas, yang tidak terlalu terikat pada aspek baris, rima dan jumlah kata
dalam setiap baris. Dari segi bahasa, mantra biasanya menggunakan bahasa khusus
yang sukar dipahami. Adakalanya, dukun atau pawang sendiri tidak memahami arti
sebenarnya mantra yang hanya memahami kapan mantra tersebut dibaca dan apa
tujuannya.
Dari segi penggunaan, mantra sangat eksklusif, tidak boleh
dituturkan sembarangan, karena bacaannya dianggap keramat dan tabu. Mantra
biasanya diciptakan oleh seorang dukun atau pawang, kemudian diwariskan kepada
anak keturunan, murid ataupun orang yang ia anggap akan menggantikan fungsinya
sebagai dukun. Kemunculan dan penggunaan mantra ini dalam masyarakat Melayu,
berkaitan dengan pola hidup mereka yang tradisional dan sangat dekat dengan
alam.
Oleh sebab
itu, semakin modern pola hidup masyarakat Melayu dan semakin jauh mereka dari
alam, maka mantra akan semakin tersisihkan dari kehidupan mereka. Pada dasarnya,
mantra terdiri atas beberapa macam berdasarkan jenis dan fungsinya. Di
antaranya, mantra bercocok tanam, mantra pengasih, mantra melaut, dan lain
sebagainya. Mantra jenis apa pun diyakini memiliki fungsi tersendiri sesuai
dengan keyakinan pemakainya. Mantra bercocok tanam misalnya, mantra ini
digunakan dalam kaitannya dengan kegiatan bercocok tanam. Demikian pula halnya
dengan mantra melaut. Mantra ini digunakan khusus ketika sedang melakukan
aktivitas yang berhubungan dengan melaut.
Adapun cara penulisan
untuk mempermudah memahami pappasang sebagai berikut :
a.
Bagian a, ungkapan secara sempurnah
dalam aksara lontara dan latin
b.
Bagian b, ungkapan yang kata-katanya bardasarkan arti
yang sebenarnya.
c.
Bagian c, arti yang sebenarnya
secara bebas dan seterusnya uraian makna dan arti ungkapan.
1.
Mantra Kekuatan
a. بِسْÙ…ِ اللّÙ‡ِ الرَّØْÙ…َÙ†ِ الرَّØِÙŠْÙ…ِ nbi muhmm mcji etldku eap bgian tnea. eap bgian ael auhea ai trnk ku meteGk aoRoku mseR aiynritu puaGtal. eslo nbi muhma aoRoku meketni.
Bismillahirrahmanirrahim. Nabi Muhammad mancaji teladanku
eppa bagianna tanae, eppa bagianna ale uhae ia taranakka ku matengekka ondrokku
masandre iyanaritu puangata’ala, selong Nabi Muhammad ondrokku makatenni.
b. Dengan
menyebut nama Allah Swt., Nabi Muhammad SAW, yang menjadi teladanku empat
bagian tanah, empat bagian badan air yang menjaga saya disetiap capekku
tempatku bersandar Allah Swt, dan Nabi Muhammad tempat aku berpegang.
c. Pembacaan
Mantra ini merupakan mantra yang digunakan untuk membuat tulang kuat agar tidak
mudah lelah. Mantra ini dilafazkan dalam rangka untuk meminta kesehatan badan
dalam beraktivitas sehari-hari. Seperti pada umumnya, mantra ini pun dimulai
dengan basmalah. Hal ini menunjukkan bahwa segala usaha dan upaya yang
dilakukan oleh pengguna mantra diserahkan sepenuhnya kepada kekuasaan Allah Swt.
Larik pertama, Bismillahirrahmanirrahim berarti “dengan menyebut nama Allah yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Nabi
Muhammad mancaji teladakku pada larik ini memiliki makna bahwa segala perbuatan
dan tingkah laku yang diperbuat semua berdasarkan perkataan Nabi Muhammad, Nabi
yang menjadi pilihan Allah Swt. untuk menerima wahyunya.
Kata eppa bagianna berarti “empat bagian”. Kata tanae berarti “tanah”, tanah merupakan permukaan bumi. Eppa bagianna pada larik keempat sama
artinya pada larik ketiga yaitu “empat bagian”. ale yang berarti “tubuh”, tubuh adalah keseluruhan jasad sembilan
manusia atau binatang dari ujung kaki sampai ujung rambut. Uhae yang berarti air, yang menjadi sumber kehidupan makhluk hidup.
Ia tarana’kenga pada kata ini terdiri
dari dua kata yang berbeda makna, tarana
berarti “yang menjaga”, dan nga
berarti saya. Kumatengeka berarti
“disetiap capekku”. Ondroku masandre
berarti “tempatku bersandar”. Allah
ta’ala yaitu Allah Swt, Allah ta’ala adalah sesuatu yang diyakini, dipuja,
dan disembah oleh manusia sebagai yang Maha Kuasa atau Maha Perkasa penguasa
jagat raya ini. Kata ondrokku makatenni
berarti “tempatku berpegang”. Nabi Muhammad yang berarti “Rasulullah SAW” yang
ditugaskan oleh Tuhan untuk menyampaikan ajaran agama Islam.
Pembacaan mantra di atas
sesungguhnya sudah mengimplikasikan keinginanan si pembaca mantra untuk
memperoleh pertolongan dari Tuhan. Pertolongan yang dimaksudkan dalam hal ini
adalah berupa kesehatan tubuh\ yang kuat. Mantra ini juga menggambarkan sikap
penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan Muhammad SAW sebagai rasul yang
dipercaya oleh-Nya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia.
`Kalimat ini mengimplikasikan kepada Allah Swt sebagai tempat bersandar diri
memohon pertolongan dan perlindungan, Nabi Muhammad sebagai teladan dan pedoman
hidup bagi umat manusia. Semua yang terjadi di dunia adalah karena
kehendak-Nya. Allah taala adalah pencipta seluruh jagad alam dan yang berhak
untuk menentukan segala sesuatu yang menjadi kehendak-Nya. Kepada-Nyalah semua
makhluk harus tunduk dan taat dengan segala perintah dan larangan-Nya, dan
memohon perlindungan serta kesehatan jasmani dan rohani. Jiwa dan raga ini
adalah milik-Nya, kapanpun Dia dapat membuatnya sakit dan kapanpun dapat
mengambilnya.
(http://kasriah94.blogspot.com/2013/01/tugas-makalah-mantra.html)
2.
Mantra Keselamatan
a. بِسْÙ…ِ اللّÙ‡ِ الرَّØْÙ…َÙ†ِ الرَّØِÙŠْÙ…ِ
puaGtal pekdo Nwku
muhm pekdo atiku
sinin auniaekeG
psitaik kern puaGtal
sinin blai
ealo nttup ri aiy
mutulkblk kern puaGtal
w bl an blgn mmea
Bismillahirrahmanirrahim
Allah taala pakedo nyawaku
Allah taala pakedo nyawaku
Muhammad pakedo atikku
Sininna uniakengnge
Pasitaika karena puangata’ala
Sininna balai
Elo natattuppaq ri iya
Mutulakabbalaqka karena puangata’ala
Wa balaq ana wa balagana mamaeng
b. Bismillahirahmanirahim
Allah yang menggerakkan nyawa saya
Muhammad yang menggerakkan hatiku
Semua yang kuniatkan
Pertemukan saya karena Allah Swt.
Semua rezeki
Akan tertumpah padaku
Saya memohon karena Allah Swt.
c.
Allah taala
pukedo nyawaku terdiri dari kata Allah
yang berarti Allah Swt. Allah taala adalah sesuatu yang diyakini, dipuja, dan
disembah oleh manusia sebagai yang Maha Kuasa atau Maha Perkasa. Kata Allah
taala dalam bahasa Arab adalah sebutan untuk Sang Khalik atau Sang Pencipta
sebagai pujian atau sembahan manusia. Kata ini kemudian diserap ke dalam bahasa
Bajo dan digunakan dalam penggunaan mantra. Kata pukedo berarti “yang
menggerakkan”. Kata pukedo dapat pula berarti bahwa yang menggerakkan itu
memiliki kemampuan, kesanggupan, dan daya sehingga bisa melakukannya. Artinya,
dari sesuatu yang awalnya tidak bergerak atau memiliki daya menjadi dapat
bergerak berkat kemampuan yang dimiliki oleh yang menggerakkan. Kata nyawaku
berarti “nyawaku”. Nyawa dapat pula disamakan dengan roh karena nyawa inilah
yang menjadikan suatu makhluk
dapat dikatakan hidup dan bernafas.
Muhammad pukedo atikku artinya “Muhammad yang menggerakkan hatiku”. Larik ini terdiri dari
tiga kata, yaitu Muhammad, pakedo, dan atikku yang memiliki arti
masing-masing. Kata Muhammad berarti Muhammad. Kata ini merupakan sebuah nama
nabi, yaitu nabi Muhammad SAW yang ditugaskan oleh Tuhan untuk menyampaikan
ajaran agama Islam. Kata pakedo berarti yang menggerakkan. Kata ini juga
terdapat pada larik kedua mantra ini. Kata pukedo pada larik kedua dan ketiga
memiliki arti yang sama, yaitu “yang menggerakkan”. Kata atikku berarti
“hatiku, merupakan organ terpenting dalam tubuh manusia, letaknya dekat dengan
jantung.
Pada
larik keempat berbunyi sininna
uniakengnge berarti “semua yang kuniatkan”. Kata sininna berarti “semua,
segala sesuatu yang berhubungan dengan, atau keseluruhan bagian”. Kata
uniakengnge berarti “yang kuniatkan”,
sesuatu yang menjadi keinginan dan harapan.
Pasitaika
karena Allah taala artinya “pertemukan saya karena Allah Swt”. Kata pasitaika
artinya “pertemukan saya”. Kata pasitaika tersebut berarti pula perlihatkan
padaku. Kata karena artinya “karena”. Kata ini merupakan kata untuk
menyatakan alasan dan dapat disejajarkan dengan kata “sebab”. Kata Allahtaala artinya Allah Swt. Arti kata ini secara harfiah telah dijelaskan pada bagian sebelum-nya.
Sininna
balai artinya “semua rezeki”. Kata sininna berarti “semua” merupakan kosakata
bahasa Bugis yang diserap ke dalam mantra Bajo ini. Kata semua menyangkut
seluruh atau segala sesuatu yang terkait dengannya. Kata balai artinya
“rezeki”. Kata balai juga dapat diartikan dengan pemberian yang diberikan oleh
Tuhan kepada manusia.
Elo
natattuppaq ri iya artinya “akan tertumpah padaku”. Larik ini terdiri dari
empat kata, yaitu kata elo artinya “akan, mau, atau hendak”, kata natuppaq
artinya “ditumpahkan”, kata ri artinya “di”, dan kata iya artinya “saya”.
Mutulakabbalaqka
karena Allah taala artinya “saya memohon karena Allah Swt”. Kata
mutulakabbalaqka berarti “saya memohon”. Ka dalam kata mutulakabbalaqka
merupakan kata ganti pertama tunggal yang artinya “saya”, sedangkan kata
mutolakabbalaq artinya “memohon atau doa”. Kedua kata ini jika dirangkai
berarti “saya memohon atau saya berdoa”. Kata karena artinya “karena atau
sebab”. Kata Allah taala berarti “Allah Swt”. Pengertian kata karena dan Allah
taala telah dijelaskan pada uraian sebelumnya.
Wa
balaq ana wa balagana mamaeng berdasarkan arti kebahasaannya dianggap tidak
memiliki arti sebab hanya berupa rangkaian bunyi. Akan tetapi, kalimat ini
memiliki makna sebagai penegas maksud dan tujuan dari keseluruhan isi mantra
ini. Kalimat ini memiliki fungsi yang serupa dengan kata kunfayakun “Jadilah
maka pun jadi” atau kalimat syahadat yang terdapat pada mantra yang lain.
Meskipun demikian, kata wa balaq ana jika dihubungkan dengan bahasa Arab
berarti “dan sampaikanlah pada kami”.
(Heddy
shri Ahimsa, 1995: 47)
3.
Mantra untuk membuat tulang kuat
agar tidak mudah lelah.
a. بِسْÙ…ِ اللّÙ‡ِ الرَّØْÙ…َÙ†ِ الرَّØِÙŠْÙ…ِ nbihluru nbieheler ptoGop aowutt ptoGop wotolu aiwoi dumgaiaku Go emokgon epeher eher aGu aobu tal eppoaipoaidiaGu nbi muhm.
Bismillahirrahmanirrahim Nabihaluru nabihelere Patonggopa
owuta Patonggopa wotolu Iwoi dumagai’aku Nggo meokanggona Pehere-here’anggu
Ombu ta’ala Pepoi-poindi’anggu Nabi Muhammad.
b. Dengan
menyebut nama Allah Swt. Nabi Muhammad yang menjadi teladanku empat bagian
tanah, empat bagian badan air yang menjaga saya disetiap capekku tempatku
bersandar Allah Swt. Dan Nabi Muhammad tempat aku berpegang.
c.
Pembacaan
Heuristik Mantra ini merupakan mantra yang digunakan untuk membuat tulang kuat
agar tidak mudah lelah. Mantra ini dilafazkan dalam rangka untuk meminta
kesehatan badan dalam beraktivitas sehari-hari. Seperti pada umumnya, mantra
ini pun dimulai dengan basmalah. Hal ini menunjukkan bahwa segala usaha dan
upaya yang dilakukan oleh pengguna mantra diserahkan sepenuhnya kepada
kekuasaan Allah Swt.
Larik
pertama, Bismillahirrahmanirrahim berarti “dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang”. Nabihaluru nabihelere pada larik ini memiliki
dua makna yang berbeda3. Nabihaluru yang berati “nabiku”. Nabi yang
dimaksud adalah nabi Muhammad, yang menjadi teladanku. Nabihelere berarti
“nabimu”. Kata dalam bahasa Arab adalah sebutan untuk orang yang menjadi
pilihan Allah Swt untuk menerima wahyunya. Kata ini kemudian diserap ke dalam
bahasa Tolaki dan digunakan dalam penggunaan mantra. Dalam bahasa Inggris, kata
nabi sepadan dengan kata prophet.
Kata
patonggopa berarti “empat bagian”. Kata owuta berarti “tanah”, tanah merupakan
permukaan bumi. Patonggopa pada larik keempat sama artinya pada larik ketiga
yaitu “empat bagian”. Wotolu yang berarti “tubuh”, tubuh adalah keseluruhan
jasad sembilan manusia atau binatang dari ujung kaki sampai ujung rambut. Iwoi
yang berarti air, yang menjadi sumber kehidupan makhluk hidup.
Dumagai’aku
pada kata ini terdiri dari dua kata yang berbeda makna, dumagai berarti “yang
menjaga”, dan aku berarti saya.
Nggo
yang berarti “akan”. Meokanggona berarti “disetiap capekku”. Pehere-here’anggu
berarti “tempatku bersandar”. Ombu ta’ala yaitu Allah Swt, Allah ta’ala adalah
sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai yang Maha
Kuasa atau Maha Perkasa penguasa jagat raya ini. Kata pepoi-poindi’anggu
berarti “tempatku berpegang”. Nabi Muhammad yang berarti “Rasulullah SAW” yang
ditugaskan oleh Tuhan untuk menyampaikan ajaran agama Islam.
Pembacaan
Hermeneutik Mantra di atas sesungguhnya sudah mengimplikasikan keinginanan si
pembaca mantra untuk memperoleh pertolongan dari Tuhan. Pertolongan yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah berupa kesehatan tubuh dan tubuh yang kuat.
Mantra ini juga menggambarkan sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan
Muhammad SAW sebagai rasul yang dipercaya oleh-Nya untuk menyampaikan ajaran
Islam kepada umat manusia4. Gambaran mengenai sikap penyerahan diri
kepada Tuhan terdapat pada larik kedua mantra, yaitu pehere-here’anggu Allah
ta’ala.
Kalimat
ini mengimplikasikan kepada Allah Swt sebagai tempat bersandar diri memohon
pertolongan dan perlindungan, Nabi Muhammad sebagai teladan dan pedoman hidup
bagi umat manusia. Semua yang terjadi di dunia adalah karena kehendak-Nya.
Allah taala adalah pencipta seluruh jagad alam dan yang berhak untuk menentukan
segala sesuatu yang menjadi kehendak-Nya. Kepada-Nyalah semua makhluk harus
tunduk dan taat dengan segala perintah dan larangan-Nya, dan memohon
perlindungan serta kesehatan jasmani dan rohani. Jiwa dan raga ini adalah
milik-Nya, kapanpun Dia dapat membuatnya sakit dan kapanpun dapat mengambilnya.
Nabihuluru nabihelere mengimplikasikan pada nabiku nabimu adalah sama.
(http://kasriah94.blogspot.com/2013/01/tugas-makalah-mantra.html)
4. Mantra
untuk Mengikat Pancing
a.
bimilhirmnirhi
ea-
ppu
btiG
nimN
psitumuan
ad bk hw
btiru
pu nimN
psitumuan
auP aitu bk dy
Bismillahirrahmanirrahim
E – Papu
Batingga niqmatnya
Pasitummuanna Adam baka Hawa
Battiru pun niqmatnya
Passitummuanna umpang itu baka dayah
b. Bismillahirahmanirrahim
Ya
Allah
Bagaimana
nikmatnya
Pertemuan
Adam dan Hawa
Begitupun
nikmatnya
Pertemukan
umpan dan ikan
c. Mantra
ini dimulai dengan kata Bismillahirrahmanirrahim yang disusul dengan
susunan kata-kata yang menggambarkan sebuah permohonan. Seperti mantra
melautlainnya, kata /Bismillahirrahmanirrahim/ mempunyai pengertian
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Kalimat
ini mencerminkan isi mantrayang berupa suatu permohonan yang ditujukan kepada
Allah Swt.
Kata Bismillahirrahmanirrahim memiliki hubungan makna yang erat dengan
kata E-Papu “Ya Allah” pada larik kedua. Larik kedua mempertegas makna
larik pertama yang menggambarkan permohonan kepada Allah Swt.
Larik ketiga dan
keempat batingga nikmatnya / pasitummuanna Adam baka Hawa merupakan
sebuah metafora yang meggambarkan keeratan hubungan yang tercipta antaraHawa
dan Adam. Maksud dari isi larik ini menggambarkan suatu hubungan yang
manissehingga dari hubungan itu akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Kata
/Batingganiqmatnya/ secara harfiah memiliki arti “bagaimana nikmatnya”
terdiri dua kata, yaitu batingga dan niqmatnya. Kata batingga berarti
“seperti” merupakan kata pembanding yangdipakai untuk membandingkan secara
tidak langsung antara dua benda atau lebih.Katabatingga dapat pula
diartikan dengan bagai, ibarat, dan semisal. Kata niqmatnya berarti
“nikmatnya”. Dalam hubungannya dengan rasa, kata niqmatnya menggambarkan
suatu keadaan yang memberikan perasaan nyaman, indah, enak, dan sedap.
Pasitummuanna Adam
baka Hawa merupakan
rangkaian dari larik sebelumnya batingga nikmatnya yang tidak dapat
dipisahkan, sebab keduanya memiliki keterkaitansintaksis yang jika dimaknai
secara terpisah akan kehilangan keutuhannya. Pasitummuanna Adam baka Hawa artinya
“pertemuan Adam dan Hawa”. Kata pasitummuanna berarti “pertemuan”,
terjadi antara dua orang atau lebih.Pertemuan juga sesungguhnya bukanhanya
terjadi pada manusia, tetapi juga dapat terjadi pada benda. Misalnya, pertemuan
duaaliran sungai, dan sebagainya. Adam baka Hawa artinya Adam dan Hawa.
Dua nama iniadalah pasangan yang sengaja diciptakan untuk menjadi penghuni
bumi. Adam adalahmanusia pertama yang diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi
pemimpin di bumi dan Hawa adalah pendampingnya. Mereka adalah nenek moyang
bangsa manusia.
Larik kelima dan
keenam Battiru pun niqmatnya / Passitummuanna umpang itu bakadayah masih
memiliki hubungan yang erat secara semantik dengan larik sebelumnya padamantra
ini. Frase battiru pun niqmatnya berarti “begitu pun nikmatnya”. Kata battiru
punberarti “begitu pun”. Kata ini dapat pula diartikan dengan seperti itu,
demikian itu, atausama seperti itu. Kata niqmatnya berarti nikmatnya.
Kata ini juga terdapat pada larik ketiga. Passitummuanna umpang itu baka
dayah berarti “pertemuan umpan dengan ikan”. Kata pasitumuuanna berarti
“pertemuan”. Kata ini juga terdapat pada larik keempat. Kata umpang berarti
“umpan”. Umpang merupakan sesuatu (benda) biasanya berupa makananyang
digunakan untuk menarik perhatian sesuatu (hewan) yang hendak ditangkap. Kata baka
berarti “dengan”, “dan”. Kata ini menunjukkan dua hal yang disejajarkan.
Kata dayah berarti “ikan”, hewan yang hidup dan berkembang biak di air.
Umumnya hewan ini terdapatdi laut, sungai, atau di danau. Dengan demikian,
terlihat bahwa sasaran mantra ini adalahikan. Mengingat bahwa mantra ini adalah
salah satu dari jenis mantra melaut, maka mantraini khusus digunakan ketika
hendak menangkap ikan di laut.
(Abdul
Rozak Zaidan, 2002: 56)
5. Mantra
untuk Melempar Pancing
a.
bimilh nbiaElE
mktEni ahEr
ainmni
alusun
spr altal
pnik aji
aibrhim
Bismillah
nabiele
makkatenni akhera
innamanni allusu’na
sappara alla ta’ala
Panikka aji
Ibrahima
b. Bismillah
para nabi
berpegang
kepada akhirat
setiap
roh
kebesaran
allah swt.
ini adalah ilmu (sejati) nabi
ibrahim
c. Bismillah
nabiele berarti
“dengan menyebut nama Allah beserta sekalian nabinya”.Bismillah biasanya
selalu diucapkan untuk memulai sebuah pekerjaan atau usaha.Sementaraitu, nabiele
berarti “para nabi”. Jadi, kata ini dapat diartikan sebagai ucapan salam
terhadappara nabi.
Makkatenni akhera artinya “berpegang pada akhirat.
Kata Makkatenni memiliki artiharfiah “berpegang”, sesuatu yang dijadikan
sandaran atau pegangan agar tidak terjatuh atauterjerumus. Kata akhera berarti
“ akhirat”. Akhirat dalam kitab suci agama Islam memilikiarti sebagai tempat
tujuan bagi setiap manusia ketika telah meninggal dunia.Akhiratmerupakan alam
gaib yang keberadaannya sangat rahasia namun diyakini kepastiannyasebagai
tujuan terakhir dari perjalanan manusia di bumi.
Innamanni allusu’na merupakan suatu ungkapan yang
berarti “setiap roh”. Ungkapan ini dapat merujuk pada sesuatu yang halus dan
kasat mata. Kata Innamanni memiliki arti “barang siapa”. Kata ini
membayangkan adanya manusia atau makhluk lain,entah laki-laki atau perempuan
yang diserukan. Kata ini juga bernada peringatan.Kataallusu’na berarti
“roh”.Roh dalam arti harfiahnya adalah jiwa yang terdapat pada diri
setiapmanusia.Roh itu sifatnya kekal, tidak pernah mati dan tidak pernah
hancur. Berbeda halnyadengan jasmani yang akan hancur karena tidak memiliki
sifat kekal. Roh inilah yang akanmenghadap kepada Sang Khalik ketika manusia
telah sampai pada ajal.
Sappara Alla ta’ala berarti “kebesaran Allah Swt”. Kata Sappara artinya
“kebesaran, kekuatan”. Secara leksikal, sappara dapat berarti kemampuan
tak terbatas yangdimiliki.Dalam hal ini, kemampuan tak terbatas itu dimiliki
oleh Alla ta’ala.Kata Allata’ala berarti “Allah Swt”.Sappara Alla ta’ala menggambarkan
kebesaran dan kekuatanyang dimiliki oleh Tuhan tidak ada batasnya dan tidak
dapat ditandingi oleh kekuatan manapun.
Panikka aji Ibrahima merupakan kalimat pernyataan yang
dibangun dari kata-katapanikka, aji, dan Ibrahima. Kata panikka
dalam bahasa Bajo tidak ditemukan padanannyadalam bahasa Indonesia, namun
jika dihubungkan dengan kosakata bahasa Jawa, katapanikka secara fonetis
memiliki kedekatan dengan kata punika yang berarti “ini”. Arti kataini
dapat dipakai melihat konteks dalam larik mantra memungkinkan
untukmenghubungkannya ke sana. Hal ini disebabkan oleh bahasa mantra yang
memangadakalanya menggunakan kosakata yang asing, aneh dan sulit untuk
dimengerti demimenghasilkan efek bunyi yang diinginkan oleh pembaca mantra.
Kata Aji artinya “ilmu”atau “kekuatan” dan Ibrahima adalah nama
salah seorang nabi (Ibrahim) yang dipercayaimemperoleh mukjizat dari Tuhan.
Nabi Ibrahim adalah “pimpinan” dari semua nabi. Jadi,kalimat panikka aji
Ibrahima merupakan kesatuan tiga unsur kata yang berarti “ini adalah ilmu
(sejati) nabi Ibrahim”. Ketiga unsur kata itu sulit untuk dipisahkan karena
antarunsursudah melebur menjadi satu kesatuan yang bersifat tunggal dan utuh.
Jika dilihat secara menyeluruh
larik-larik yang terdapat pada mantra ini, kita dapatmenemukan kesatuan isi dan
makna.Hubungan antara larik pertama dengan larik-lariksesudahnya memperlihatkan
suatu hubungan yang sangat erat.Setiap lariknya merupakansuatu jalinanan struktur
yang bermakna.Keeratan hubungan antara larik-larik mantra ini,menciptakan satu
keutuhan dan kepaduan.Penggunaan kata-kata seperti akhera, allusu’na,alla
ta’ala, dan aji Ibrahima menciptakan suatu efek magis tersendiri
dalam mantra ini.Biladicermati lebih lanjut, penggunaan kata-kata tersebut
ditempatkan pada urutan kata keduapada tiap larik.Kata-kata tersebut memiliki
kesamaan bunyi vocal /a/ pada awal kata.Halini semakin memperjelas gambaran
suasana penyerahan diri dan kepasrahan kepada SangPenguasa. Jadi, antara bunyi
dan pemilihan kata memperbesar efek puitik yang menimbulkan pula efek magis
pada mantra ini.
Fungsi MantraUntuk
Masyarakat Bajo Dalam Melempar Pancing
Dalam mantra ini tergambar
keinginan si pemantra untuk memperoleh pertolongandari Tuhan melalui
perantaraan nabi Ibrahim, seperti halnya seorang hamba yangmengharapkan berkah
dari tuannya
Mantra ini merupakan mantra yang
digunakan pada saat akan memancing. Untuk itu,isi mantra ini dapat dipahami
berdasarkan keterangan dari urutan kata-kata yang terdapatpada tiap larik.
Secara keseluruhan, isi mantra sudah mengimplikasikan pada keinginanuntuk
memperoleh hasil yang lebih baik dalam kegiatan melaut.\Keinginan
itudimanifestasikan dengan sebuah permohonan (doa) kepada Tuhan dalam wujud pembacaanmantra.
Dengan demikian, tercermin sikap harapan dari pembaca mantra untuk
memperolehrestu dari Tuhan atas usaha yang dikerjakannya.
Secara khusus, mantra melaut di
atas mempunyai fungsi untuk memudahkan dalamkegiatan memancing. Keseluruhan isi
mantra ini merupakan rangkaian permohonan kepadaTuhan untuk mendapatkan
tangkapan ikan sebanyak-banyaknya
(Abdul
Rozak Zaidan, 2002 :62)
6. Mantra
cenning rara
a. kurd iaird aesmu auwea
nbi
eaeler nbimu
nbi
muhm aesn nbiku
nbi
heder nbin waiea
wktai
mlai ecni rr
Kurada irada asemmu uwwae
Nabi elere asenne nabimmu
Nabi Muhammad asenna nabikku
Nabi khadere nabinna uwwaie
Wakkataai malai cenning rara
b. Kurada
irada namanya air
Nabi elere nama nabimu
Nabi Muhammad nama nabiku
Nabi khaidir adalah nabi air
Kuniatkan sebagai manisbulan
c.
Mantra
di atas bisa dikatakan telah mengalami islamisasi, itu terlihat dari penggunaan
dua nama nabi, yaitu nabi Muhamma (Muhammad s.a.w) dan nabi Elere (Kidhir a.s). Mantra ini biasanya digunakan saat mandi, dimana
mantranya di bacakan ke air yg akan dijadikan bahan untuk mandi. Penggunaan nama Nabi Khidir dieprcaya dapat membuat
penggunanya terlihat awet muda, karena ada yang percaya Nabi Khidir adalah nabi
yang telah meminum air hayat (air keabadian) hingga ia masih hidup sampai
sekarang ini.
Adapun mantra di atas itu
karena rembulan dipercaya memiliki kekuatan mistis yang dapat menimbulkan aura
positif(cahaya) diwajah orang yang melafaskan mantranya. Sehingga ada juga
cenning rara yang dalam prakteknya dilakukan dengan menatap rembulan purnama.
Keberhasilan dari mantra
cenning rara, itu semua tergantung dari seberapa kuat keyakinan (kekuatan
pikiran) akan mantra tersebut, ini sejalan sengan pepatah yang mengatakan
"apa yang kau yakini, itulah yang kau dapatkan.
(http://boneonline.blogspot.com/2012/cenning-rara.html)
7. Mantra
pengobatan
a. aelpu moto
btu lp
auettoGi
ebsi
pedriku
pmutu
ri atauku
perm ri
atauku
nwerk
al tal
brk
kupyku
Alepuka moto’
Batu lappa utettongi
Bessi padderingku
Pamuttu riataukku
Paremma riabioku
Nawarekkeka Allah taala
Barakka kunfa yakuun
b.
Aku terbangun
Aku berdiri diatas batu
yang bagus
Besi kujadikan pagar
Wajan ditangan kananku
Allah selalu melindungi
Berkah kunfa yakuun
c.
Makna
dari kalimat alepuko moto artinnya alipu sendiri merupakan bahasa arab yaitu
alif yang melambangkan berdiri tegak, atau berdiri tegak saat terbangun, aku
berdiri di atas batu yang bagus dia mengandaikan dirinya berda di atas batu
yang sangat bagus di pagari degan besi , makna pagar besi sendiri dalam bahasa
bugis berarti pelindung dari segala mara bahaya dan besi merupakan sesuatu yang
sulit untuk di tembus, di tangan kanan kupegang sebuah wajan dan aku percaya
allah selalu melindungiku , berkahnya atas izin allah.
Mantra hanya bekerja ditangan orang yang telah menjalani penempaan
batin melalui berpuasa, semedhi atau tirakat lainnya. Tanpa dasar itu, alunan
mantra hanya seirama dengan sebuah bacaan sastra, seolah tidak mengandung
apa-apa. Dari generasi ke generasi mantra diwariskan. Tetap sama baik format
maupun bahasanya. Mencari orang yang berniat membaca dan menerapkannya.
Menunggu dengan penuh kesabaran dibalik pintu dan jendela. Beredar tanpa kasak
kusuk.
8.
Mantra mendre bola
a. بِسْÙ…ِ اللّÙ‡ِ الرَّØْÙ…َÙ†ِ الرَّØِÙŠْÙ…ِ
bolku aupcji surug
pNjiki iaidi msilsuer
tuwo rilel ns nmym
ennia mpunai
aiy mtuRu riduaea pjjian
brk lailhaill
Bismillahirrahmanairrahim
Bolaku upancaji suruga
Pancajiki idi massilessureng
Tuwo rilalengan nasa anyameng nyamengeng
Nennia mappunai maega ana’
Iyya mattunrue riduae pajajianna
Barakka lailahaillallahu
b.
Bismillahirrahmanirrahim
Rumahku
kujadikan surga
Jadikan
kami sekeluarga
Hidup
didalamnya penuh kebahagiaan
Dan
mendapat keturunan yang banyak
Yang
berbakti kepada kedua orang tuanya
Berkah
lailahaillallah
c.
Rumahku aku jadikan surga artinya ia
meniatkan agar rumah barunya ini akan
berguna layaknya surga yang selalu membawa kebahagiaan dan keteangan,
agar keluarganya senantiasa mendapat berkah dan rezeki setelah tinggal dirumah
barunya, disertai dengan kebahagiaan dan keharmonisan rumah tangganya dan
mendapatkan keturunan yang banyak yang berbakti kepda orang tuan serta menjadi
anak yang saleh maupun soleha, berkah seizing allah biasanya tidak semua jenis
buah-buahan itu digantung disesuaikan dengan lingkungan yang ada, yang
memungkinkan secara mudah didapatkan.
Pada
waktu pindaha atau menempati rumah baru menurut A.M.Sanusi (1969) bahwa kepala
rumah tangga (suami pemilik rumah ) membawa ayam betina (manu komba), sedangkan
ibu rumah tangga (isteri) membawa ayam jantan (manu lai) dan setelah sampai
diatas rumahnya, keduanya melepaskan ayam masing-masing dan tidak boleh
dipotong, karena dianggap sebagai ayam penjaga rumah.
Menurut
kepercayaan orang Bugis, bahwa ayam (manu) merupakan simboil ketentraman dana
kebaikan serta kesuburan. Dengan demikian pemilik rumah diharapkan dalam
mengarungu kehidupan senantiasa memperoleh ketenteraman, kemakmuran serta
keturunan yang banyak dan baik, seperti ungakapan bugis mammanu-manu mutoi
atuwo-tuwongenna.
Selanjutnya
memilih dan menentukan hari baik, biasanya bersamaan waktu kepindahan tersebut
untuk melakukan acara mabbaca-baca (mabbaca duang). Seluruh kerabat dan hadai
taulan, bahkan seluruh isi kampong diundang untuk hadir merayakan pesta pindah
rumah.
Biasanya
juga disuguhkana makanan seperti kue tradisiona yang terbuat dari tepung
beras ketan mentah dicampur gula merah.
Hal ini berisi pengharapan, agar hidup pemilik rumah selalu berkecukupan.
Onde-onde
bugis ini diartikan, agar pemilik rumahdalam menjapani kehidupannya kelak
senantiasa memperoleh kebaikan dan kebahagiaan sampai ke anak cucunya. Bahkan
dalam ritual pindah rumah ini biasanya dilakukan kurbann (maggere).
(http://tribudiyuliyanti.blogspot.com/2011/02/mantra.html)
9. Mantra Aklessoro Ase (Menurunkan Padi ke Sawah)
a. ao yci. npnauko nbi. nptiboko mleaka. mleak ptn
prsG. awli ptn bulu. nalEko nbi. ntbaiko mlleak. brk lailh aill brk an
muhmdrsulul.
Oh Yaccing, napanaungko Nabbi, napatimboko
malaeka
Maleka
patanna pa`rasangang, awalli patanna bulu,
Naaleko
Nabbi, natambaiko malaeka,
Barakka
Lailaha Illallah barakka Anna Muhammadarrasulullah.
b. Oh padi Nabi melindungimu, Malaikat
melindungimu,
Malaikat
pemilik tanah, Wali pemilk gunung,
Nabi memberimu, Malikat menambahkanmu,
Barkka Lailaha
Illallah barakka Anna Muhammadarrasulullah.
c. Dari
contoh mantra di atas yaccing adalah nama padi yang sesungguhnya. Yaccing adalah ase, selanjutnya sebuah
pengharapan kepada Nabi, demi dihidupkannya bibit oleh malaikat, sebab malikat
adalah pemilik tanah, serta kepada wali yang selaku simbol kesucian ata
penyebar agam islam juga beralamat tempat mencari kehidupan. Sementara pada
kalimat Barakka Lailaha Illallah Barakka Anna Muhammadarrasulullah, mengandung makna bahwa
agar keperluan manusia dapat terpenuhi harus senatiansa berdoa dan berharap
berkah dari Allah Swt. dan berkah dari Nabi Muhammad Saw..
Melihat penggunaan kata dan kalimat pada mantra ini kita dapat
dikatakan bahwa mantra ini telah terpengruh islamisasi, karena penggunaan kata
Nabbi (Nabi),
Malaeka (Malaikat),
serta
penggunaan kalimat Barakka Lailaha Illallah Barakka
Anna Muhammadarrasulullah.
10. Mantra pagar diri
a. بِسْÙ…ِاللّÙ‡ِالرَّØْÙ…َÙ†ِالرَّØِÙŠْÙ…ِ
autEpuai asEn pua alhu tal
pspo muhm
brk ealau ripuaeG
brk lailhaillhumuhmdrsulul
Bismillahirahamanirrahim
Uteppui
asenna puang Allahu Taala
Passappo
Muhammad SAW
Barakka
ellau ri puange
Barakka
lailahaillallahu Muhammadarrasulullah
b. Dengan
menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
Aku menyebut nama Allah Swt
Nabi Muhammad Saw sebagai pelindung
Kuminta berkah kepada Allah
Berkah lailahaillallahu
muhammadarrasulullah
c. Mantra
ini bermanka hanya kepada Allah tempat kita berlindung dan meminta pertolongan,
dan menjadikan nabi Muhammas sebagai pelindung karena nabi Muhammad adalah
kekasih Allah. Segala sesuatunya kita kembalikan kepada Allah Swt tiada tempat
lain kita berserah diri.
11.
Mantra pengobatan
a.
etpu bok wea
cuP wea kEec
brk la ailh aillhu
Tepu
bokka wae bokka
cumpa wae kecce
barakka laa ilaha
illallahu
b.
Ketika tubuh tersiram air panas
kemudian disiram air dingin
berkah laa ilaha illallahu
c.
Sebuah mantra yang diucapakan ketika seseorang
terkena air panas, kemudian diberi air dingin, maka Insya Allah akan sembuh.
Atas berkat Allah Swt.
12.
Baca-baca
pakasih (mantra cinta-kasih)
a.
msuro
ausuro
nlEtuki suron
aisEnGEG mealon (asEn) ku
aiy
kumealoai pkrw riasEkEn
kuetyai pkrwGEG riawGEn
Massuro
usuro
nalettuki suronna
issengenga maelona
(asenna) ku iyya
kumaeloi pakarawa
riasekenna
kuteyai pakarawangenga
riawangena
b.
Yang mengutus
yang diutus
yang diutuskan
beritahu rasa sukanya (namanya) kepada saya
kalau dia suka, dia
memegang keatas
kalau dia tisak suka dia memegang ke bawah.
c.
Disaat seorang lelaki menginginkan seorang wanita
untuk mendampingi hidupnya, lelaki itu selalu ada cara untuk memikat wanita
seperti halnya mantra ini, untuk memikat wanita yang diinginkannya.
13. Mantra ritual
a. kuuua and to
plRoea.
apGrao sK btr nrilEgri clikErn nGiea
nrirEdu tEm
goRtu psueln teG btr rkilEea
riesnE dua
lGiea
riptiGoa pitu
lpi btrea.
Kua adana to palanro-e’:
“A’pangara-o
sangka batara nari’legari calikerra’na langi’-e’
Narireddu
te’ma gonratung pa’sulu’na tange’ batara rakile’-e’
Risenne’
dua langi’-e’
Ripatingoang
pitung lapi batara-e’.”
b.
Bersabdalah
sang pencipta:
“Berilah titahmu wahai sangka
batara agar terbuka rantai langit
Agar terangkat palang petir penyegel
gerbang cakrawala bagai
Kilau petir;
Membelah langit;
Agar terpentang tujuh lapis
cakrawala.”
c. Karya sastra tersebut merupakan
jenis baca-baca (mantra) yang terdapat dalam naskah La Galigo yang diperkirakan
sudah ada sejak abad ke-16 SM. Memiliki fungsi sebagai teks ritual, baik untuk ma’sure’ toriolo (‘membaca sebagaimana cara leluhur’, yakni membaca dengan
nada datar), maupun untuk ma’sure
selle’ang (dilagukan) dan biasanya disajikan di depan umum yang biasa
dibacakan oleh para pa’sure’.
(Nirwana
Ahmad Arsuka, 2006 : 238)
14. Mantra cinta kasih
a. tubun ai anu
etelGii ri tubuku
atin ai anu
etelGi ri atiku
ywn ai anu
etelGi ri ywku
rhsiay ai anu
etelGi ri rhsiaku
ppujin ai anu
ri aelku mpd ppujin
ywea ri
tubuea.
Tubunna i Anu
telleng-i ri tubukku;
Atinna
i Anu telleng-i ri atikku;
Nyawana
i Anu telleng-i ri nyawaku
Rahasianya
i Anu telling-i ri rahasiaku;
Pa’pujinna
i Anu ri ale’ku ma’pada pa’pujinna
Nyawa-e’
ri tubu-e’.
b.
Tubuh
si Anu semoga tenggelam ke dalam tubuhku’
Hati si Anu semoga tenggelam ke
dalam hatiku;
Nyawa si Anu semoga tenggelam ke
dalam nyawaku;
Rahasia si Anu semoga tenggelam kedalam
rahasiaku;
Rasa cinta si Anu terhadapku
semoga bagaikan rasa cinta nyawa terhadap tubuh.
c. Pada hakikatnya karya sastra
bugis dapat diungkapkan secara lisan maupun lewat tulisan, karya sastra ini
merupakan karya sastra lisan yang biasa disebut dengan mantra, baca-baca,
cening rara, dan jenis puisi lama, yang dibawakan oleh para pencerita amatir
yang disampaikan dari mulut ke mulut dan biasanya diwariskan secara turun
temurun dan bersifat rahasia. Cening rara digunakan untuk memikat hati
seseorang dengan harapan orang tersebut jatuh hati kepada penggunanya dan bisa
digunakan oleh laki-laki dan perempuan, mereka juga meyakini bahwa cening rara
akan berkurang kesaktiannya apabila diketahui orang lain. Karya sastra bugis
ini sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu kala namun baru
dikumpulkan/dituliskan pada dekade 1970-an hingga 1980-an.
(Nirwana
Ahmad Arsuka, 2006 : 244)
15. Mantra
untuk Memikat Wanita (baca-baca ceweq)
a. aoaoao aGi laoko muaolirG ai…...(tEpuai asEn mkurai ri aElorea)
nrEko mupolEai mtiRo potorEG
nrEko motoni ptudGEk
nrEko tudni ptEtoGEk
nrEko tEtoni pjokGEk lao mai
aiyp nmNmE Nwn nrEko aiy nait
kunfayakun
brk l ailh aill
Ooo angin, laoko
muolliranga i……(teppui asena makunrai ri elori’e)
narekko mupole’i
matinro potorenga
narekkko moto’ni patudangeka
narekko tudangni
patetongekka
narekko tettoni
pajjokangeka lao mai
iyapa namanyameng
nyawana narekko iyya naita
kunfayakun barakka
laa ilaha illallah.
b.
Oooh
angin pergilah engkau memanggilkan si…..(menyebut nama wanita yang di inginkan)
jika engkau temui dia sedang
tidur, bangungkanlah
jika telah bangun, dudukkanlah
jika telah duduk, berdirikanlah
jika telah berdiri, jalankanlah
ia kemari
barulah perasaanya akan nyaman
jika dia melihatku
kunfayakun, semua ini berkat laa
ilaha illallah.
c. Mantra ini digunakan laki-laki
Bugis untuk memikat hati wanita yang di sukainya. Angin pada mantra ini di
pahami sebagai sesuatu yang hidup dan dapat menyampaikan pesan atau amanah
kepada seseorang. Di masyarakat Bugis masih ada yang mempercayai dan mengunakan
baca-baca ceweq untuk memikat hati
wanita idamanya apalah lagi pada kalangan anak muda. Baca-baca ceweq di wariskan secara turun temurun dari nenek moyang
orang Bugis zaman dahulu untuk anak cucunya. Di dalam mantra (baca-baca ceweq) bisa di katakana mengalami
Islamisasi, itu terlihat dari kalimat “Kunfayakun
barakka laa ilaha illallah”
16.
Mantra
untuk penjaga diri dari siang sampai malam
a. alipu toan pua
al t al tEto riaoloku
alipuaEso wEni
Alipu toana puang
allah taala tettong riyoloku.
Alipuesso wenni
b. Alif tuanya allah swt
berdiri di depanku
alif siang malam
c. Dalam lontara bugis, bahasa tersebut diatas adalah
hanya merupakan susunan kata yang sangat indah tapi sarat dengan makna. Akan
tetapi dengan keyakinan penuh, leluhur bugis menggunakannya setiap mau tidur
dan bangun tidur sehingga tercipta semacam dinding yang tebal disekujur tubuh
mereka, yang merupakan kumpulan energi positif., yang sekarang kita kenal
dengan istilah AURA. energi positif itu tercipta akibat sugesti yang setiap
hari merekaucap.kan untuk diri sendiri melalui mantra tersebut.
17. Mantra kekuatan
a.
ao nuru aEKai mEeN aulau n pua m poel lol ri boti lGi lisu mCji
bEs bEsi tonE asEn bEsi
aiy moRoea mbEni riNwku asuko
muajEeprik nmlisE bEsi wtkelku n mtEdE wea msolo
ripspo ea
O nurung engkai
menye ulau na puang mu
pole
lolang ri boting langiq lisu mancaji bessi
bessi
tone’ asenna bessi iya monroe mabenni rinyawaku
assuko
muajjepperika namallise’ bessi watangkaleku
na
mattedde’ wae massoloq ripassapo e
b.
O
nurung disini ada batu yang diberkahi tuhan
dari langit pulang menjadi
besi
dinamakan besi keras yang tinggal
dijiwaku selamanya
dipagar lalu mengeras air yang
mengalir
c.
Batu
yang dipercayai (orang Bugis) mempunyai kekuatan gaib yang diturunkan dari
langit dan akan dimiliki oleh orang tertentu, bagi pemiliknya akan dikaruniai
kekebalan. Dari batu itulah diambil kesimpulan kata-kata menjadi sebuah
mantra.
(Sastra lisan : Halide)
18.
Punna
nanaungko ri butta anne baca :
a. ai
kau but kuaojo
pelwG tlsku
earG meG
ri
kmin metena
I kau butta kuonjok
palewangang tallasakku
eranga mange
ri kaminang mateknea
b. Wahai tanah yang aku injak
Luruskanlah
jalan hidupku
Bawalah
aku
Ketempat
yang paling baik
c. “Pengharapan kepada bumi tempat mengadu nasip agar hidup lebih
baik”
19.
Punna
lakjappamako anne baca
a. buG birea kukk
buG
bul kusoeaa
buG
niGaia rilino
ai
nek Ges pt
sb
alhu tal
Bunga
biraeng kukangkang
Bunga bulang kusoeang
Bunga ningaia rilino
I
nakke ngaseng pata
Sabak Allahu taala
b. Bunga biraeng yang kugenggam
Bunga
bulan yang kuayunkan
Bunga
yang di sukai di dunia
Saya
semua yang punya
Karena
Allah
c. “Dowangang ini adalah keinginan atau harapan
seorang wanita yang ingin mempunyai semua keindahan dalam dirinya”
20.
Punna
lattinroko anne baca
a. kuptiromi tubuku
kukalibu shdku
ptpulo mlaika
ajgaia ai
ltiro
sb alhu tal
Kupatinromi tubuku
kukalimbuk sahadakku
patampulo malaekak
anjagaiak i lalangtinro
sabak allahutaala
b. Saya sudah menidurkan tubuh saya
dengan
berselimutkan sahadat
empat
puluh malaekat
yang
menjagaku di dalamtidur
karena
Allah
c. Dowangang yang di bacakan sebelum tidur dan di jaga oleh empat
puluh malaikat agar tidur nyenyak dan terbangun dalam keadaan baik
SYAIR
1.
Osong
(Angngaru dalam bahasa Makassar) Puisi Lama
a.
teb pua
aiy riasE lebl
tP kuku ptElrEn
aitw mai l ebl pua mnu
lolo ed psoron
asGirEn kelwGEeG
acuelan piluruea ali alin
bEsiea
brisi rituRuan
koroenli bEtea ea
edmuaisEsig
pitu an dr mbju cEl
tjEiiiGi ri pmsrE
teb teb
teb
Tabe puang
iyaq
riaseng La Bela
tampa kuku pattellarenna itawaq
mai La Bela puang
manuq lolo deq passoroqna
assangirenna kalewangengnge
acculeanna pilurue ali-alinna
Bessie
barisi ritunruanna
koroneli bettae
e…demuissengsiga
pitu anaq dara maqbaju cellaq
tajenggi ri
pammasareng
tabe…tebe…tabe.
b.
Maaf
puang
saya dinamakan dan dipanggil la Bela
lihat saya la Bela puang
ayam mudah tak pernah mundur
parang yang diasa
dan permainan peluru
menyatu dengan
besi
dan prajurit yang nakal
e…ketahuilah
tujuh gadis berbaju merah
menunggu dikemudian hari
maaf … maaf…maaf puang.
c.
Sebuah
ikrar setia yang dilakukan oleh seorang To Barani (prajurit atau panglima
perang) dihadapan sang Raja atau Osong (angngaru) ini menjadi sumpah setia pada
Raja, akan mati mendahuluinya jika ada yang berani menganggu Rajanya. Osong
(angngaru) biasa juga dipersembahkan dihadapan pemimpin, tamu, orang yang
tinggi jabatannya.
(Sastra
lisan : Khaerul)
2.
Syair
dalam naskah tolo’ yang mengisahkan peristiwa
a.
Ri aulE epbEruari
tau sisEbu arua
rtun sEpulo dua
elel toeGni lebl
akuasn bldea
ri to aGrisieaed.
Ri uleng pe’be’ruari
Taung sisebbu arua
Ratu’na seppulo dua
Le’le’ tongeng-ni (la be’la)
Akuasanna Balanda-e’
Ri to-Angarisi’-e’de’.
b.
Pada
bulan feberuari
Tahun
seribu delapan
Ratus
dua belas
Beralih
betul (kawan)
Kekuasaan
orang belanda
Kepada
orang inggris.
c.
Karya
sastra lama ini merupakan syair dalam naskah tolo’ yang mengisahkan peristiwa diambilalihnya
oleh Inggris pemerintahan Belanda di Makassar pada tahun 1812 dan perlawanan
orang bugis menentang kembalinya penguasa belanda pada tahun 1817.
(Nirwana Ahmad Arsuka, 2006 :
239)
DAFTAR
PUSTAKA
Tangdilintin,
L. T.. 1984. Ungkapan tradisonal yang ada
kaitannya dengan sila-sila dalam pancasila propinsi Sulawesi Selatan. Ujung
Pandang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suwondo, H. B., dkk. 1982. Ungkapan Tradisional Sebagai Sumber Informasi Kebudayaan Sulawesi
Selatan. Makassar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Saptika, Andarini. 1952. Naskah
Kebudayaan Suku Makassar. Jakarta Timur: Pt. Wadah Ilmu.
Haddade,
Muh. Naim. 1986. Ungkapan, Pribahasa, dan
Paseng: Sastra Bugis. Jakarta : Depdikbud, Proyek Penerbitan Buku Sastra
Indonesia dan Daerah.
Mahmud. 1986. Pappasang
To Riolo. Ujung Pandang: Balai Penelitian Bahasa.
Kulle, Syarifuddin dan Zainuddin Tika. 2005. Aksara Lontara Makassar. Sulawesi
Selatan: Erlangga.
Haddade,
Muh. Naim. 1986. Ungkapan, Pribahasa, dan
Paseng: Sastra Bugis. Jakarta : Yayasan Kebudayaan Sul-Sel.
Halid, Muhammad. 1997. Bunga
Rampai Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra. Ujung Pandang: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.
Amir, Andi Rasdiana, dkk. 1982. Bugis-Makassar dalam Peta Islamisasi. Ujung Pandang:
Machmud, A. Hasan. 1994. Silasa.
Ujung Pandang: Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Punagi, A. A. 1983. Pappasang
(Wasiat Orang Dahulu). Sulawesi Selatan: Yayasan Kebudayaan Sulawesi
Selatan.
Zaidan,
Abdul Rozak. 2002. Pedoman Penelitian
Sastra Daerah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Ahimsa,
Heddy Shri. 1995. Levis-Strauss
dikalangan Suku Bajo: Analisis Struktural dan Makna Cerita Suku Bajo.
Yogyakarta: Kalam.
--------.
2001. Strukturalisme Levis-Strauss Miros
dan Karya Sastra. Yogyakarta: Galang Press.
Alwin,
Hasan, dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Edisi III). Jakarta: Balai Pustaka.
Ambo Enre,
Fachruddin, dkk. 1985. Pappasenna To
Maccae ri Luwuq Sibawa kajao Laiddong ri Bone. Ujung Pandang: Depdikbud.
Diglib.unm.ac.id/files/disk1/3univeritas%negeri%20makassar-digilib-unm-joharamird-149-1-0005pap-.docx
http://tribudiyuliyanti.blogspot.com/2011/02/mantra.html
http://kasriah94.blogspot.com/2013/01/tugas-makalah-mantra.html
http://pappaseng
ogi-Petuah bugis (edisi 1)_bijakkata’s Blog. Html
(http://bungawellu.blogspot.com/2013/04/ada-pappaseng.html
http://bungawellu.blogspot.com/2013/04/ada-pappaseng.html
DAFTAR
PUSTAKA
Ahimsa, Heddy
Shri. 1995. Levis-Strauss dikalangan Suku
Bajo: Analisis Struktural dan Makna Cerita Suku Bajo. Yogyakarta: Kalam.
--------. 2001. Strukturalisme Levis-Strauss Miros dan Karya
Sastra. Yogyakarta: Galang Press.
Alwin, Hasan,
dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Edisi III). Jakarta: Balai Pustaka.
Ambo Enre,
Fachruddin, dkk. 1985. Pappasenna To
Maccae ri Luwuq Sibawa kajao Laiddong ri Bone. Ujung Pandang: Depdikbud.
Amir, Andi Rasdiana, dkk. 1982. Bugis-Makassar dalam Peta Islamisasi. Ujung Pandang:
Diglib.unm.ac.id/files/disk1/3univeritas%negeri%20makassar-digilib-unm-joharamird-149-1-0005pap-.docx
Haddade, Muh.
Naim. 1986. Ungkapan, Pribahasa, dan
Paseng: Sastra Bugis. Jakarta : Depdikbud, Proyek Penerbitan Buku Sastra
Indonesia dan Daerah.
Haddade, Muh.
Naim. 1986. Ungkapan, Pribahasa, dan
Paseng: Sastra Bugis. Jakarta : Yayasan Kebudayaan Sul-Sel.
Halid,
Muhammad. 1997. Bunga Rampai Hasil
Penelitian Bahasa dan Sastra. Ujung Pandang: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Depdikbud.http://boneonline.blogspot.com/2012/cenning-rara.htm
http://tribudiyuliyanti.blogspot.com/2011/02/mantra.html
http://kasriah94.blogspot.com/2013/01/tugas-makalah-mantra.html
http://pappaseng
ogi-Petuah bugis (edisi 1)_bijakkata’s Blog. Html
(http://bungawellu.blogspot.com/2013/04/ada-pappaseng.html
http://bungawellu.blogspot.com/2013/04/ada-pappaseng.html
Kulle, Syarifuddin dan Zainuddin Tika. 2005. Aksara Lontara Makassar. Sulawesi
Selatan: Erlangga.
Machmud, A. Hasan. 1994. Silasa.
Ujung Pandang: Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Tangdilintin, L. T.. 1984. Ungkapan tradisonal yang ada kaitannya
dengan sila-sila dalam pancasila propinsi Sulawesi Selatan. Ujung Pandang:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mahmud. 1986. Pappasang
To Riolo. Ujung Pandang: Balai Penelitian Bahasa.
Suwondo, H. B., dkk. 1982. Ungkapan Tradisional Sebagai Sumber Informasi Kebudayaan Sulawesi
Selatan. Makassar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Saptika, Andarini. 1952. Naskah
Kebudayaan Suku Makassar. Jakarta Timur: Pt. Wadah Ilmu.
Punagi, A. A. 1983. Pappasang
(Wasiat Orang Dahulu). Sulawesi Selatan: Yayasan Kebudayaan Sulawesi
Selatan.
Zaidan, Abdul
Rozak. 2002. Pedoman Penelitian Sastra
Daerah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.