PENGERTIAN APRESIASI
SASTRA
Kata apresiasi dalam bahasa Indonesia berpedoman dengan kata
inggris appreciation yang dalam kamus inggris susunan S. Wojowasito diberi makna “penghargaan”.
Secara gramatikal
kata penghargaan dapat diberikan makna atau dijelaskan sebagai
proses atau hal memberi harga atau menghargai. Dan proses pemberian harga
terhadap suatu objek itu, baru kemudian kita sampai pada keputusan untuk
menetapkan hasil pemberian harga itu.
Namun, apresiasi
terhadap sebuah karya sastra atau karya seni lainnya tidak terbatas pada
pemberian penghargaan terhadap mutu atau nilai karya sastra itu saja tetapi
mencakup juga pada kegiatan merasakan atau menikmati keindahan atau kebaikan karya sastra itu, serta mengerti dan dapat memberi
keterangan mengapa karya sastra karya seni lainnya itu indah dan baik.
Pada manusia dasar
untuk merasakan keindahan itu, bagian dari kegiatan apresiasi, sesungguhnya
sudah ada sejak kecil. Kita bisa menyaksikan, mislanya seseorang bayi tertidur
karya mendengar nyanyian lembut dari ibunya. Dia dapat merasakan adanya
keindahan irama yang ada pada nyanyian ibunya itu meskipun dia tidak mengerti
alagu apa yang dinyanyikan dan apa pula makna yang dikandung kata-kata yang
dinyanyikan itu, sebaliknya pula si bati itu akan terkejut dan mungkin juga
menangis apabila mendengarkan hentakan atau suara yang tidak merdu.
Pada orang dewasa
seringkali terjadi juga hal seperti yang terjadi pada bayi di atas ia merasa
senang mendengarkan sebuah lagu asing yang sedang popular pada suatu masa,
walaupun dia tidak mengerti arti kata-katanya. Andaikata kemudian dia makin
tertarik dan makin menggandrungi lagu itu, maka mulailah dia mencari syair lagu
tersebut lalu belajar menyanyikannya. Lebih jauh lagi ia mulai berusaha
menghafalkan dan memahami jauh arti kata-katanya.
Proses kegiatan dan
menyenanginya sampai mengerti seperti disebutkan di atas sebenarnya lain dari
susatu prosa kegiatan apresiasi. Secara terinci suatu proses kegiatan apresiasi
melalui tahap-tahap:
a.
Tahap 1 Penikmatan atau tahap
menyenagi, tindakan operasional yang terjadi pada tahap ini, misalnya menonton
lomba baca puisi, mendengarkan orang berdeklamasi, membaca puisi/berdeklamasi,
menonton bioskop, mendengarkan musik, menonton drama, membaca novel, dan
sebagainya penghargaan. Tindakan operasional yang terjadi pada tahap ini,
misalnya melibat kebaikan, nilai, atau manfaat karya sastra. Merasakan pengaruh
suatu karya ke dalam jiwa, dan sebagainya.
b.
Tahap 2 Penghargaan, tindakan
operasional yang terjadi pada tahap ini misalnya melihat kebaikan, nilai, manfaat
suatu karya, merasakan karya ke dalam jiwa, dan sebainya.
c.
Tahap 3 Pemahaman, tindakan
operasionalnya adalah meneliti calon menganalisi unsur intrinsic dan ekstrinsik
suatu karya, serta berusaha menyimpulkannya.
d.
Tahap 4 Penghayatan, tindakan
opersionalnya adalah menganalisis lebih lanjut akan suatu karya, mencari
hakikat atau makna suatu karya berserta argumentasinya, membuat tafsiran dan
menysun pendapat berdasarkan analisis yang telah dibuat.
e.
Tahap 5 Implikasi atau
Penerapan, tindakan operasionalnya adalah melahirkan ide baru, mengamlkan
penemuan, atau mendayagunakan hasil apresiasi dalam mencapai nilai material dan
spiritual untuk kepentingan sosial politik dan budaya.
Sampai sejauh ini kita belum membuat definisi atau
batasan terhadap pengertian aperesiasi. Pada hemat kami, sejalan dengan
pendapat (S. Effendi, 1974), kita tidak mungkin dapat membuat definisi atau
batasan mengenai pengertian apresiasi itu. Keadaan ini tidak perlu diresahkan
karena dalam kehidupan kita banyak hal bahkan yang dapat diindahkan pun tidak
bisa dibuat definisinya atau batasannya. Umpamanya merah. Merah adalah sesuatu
yang bisa diinderakan, tetapi kalau ditanya mengenai merah itu? Tidak
mungkin kita dapat menjelaskan dengan kata-kata mengenai merah itu. Namun, kita dapat menunjukkan warnah merah kepada
seseorang, dan dia segera akan mengerti asal saja orang itu tidak tunanetra.
Demikian juga dengan apresiasi sukar dijelaskan dengan kata-kata, tetapi dapat
dijelaskan dengan contoh perilaku selama kehidupan sehari-hari. Misalnya
perilaku seorang anak perempuan kecil dengan bonekanya, laksana seorang ibu
terhadap anaknya. Ia membujuk atau bertanya, seakan boneka itu dapat berbicara.
Lau dia pula yang menjawab seakan-akan dia pula yang menjadi boneka itu. Semua
hal itu dilakukan dengan wajar sungguh-sungguh dan tentu saja dengan penuh
fantasi sehingga menjadi hidup dan memikat. Kita pun menjadi merasa senang
melihatnya.
Kalau tingkat anak itu sering
kita perhatikan dengan sungguh-sungguh, maka kita akan dapat mengerti dengan
baik perilalku anak kecil itu, kesanggupan untuk dapat mengerti dengan baik
inilah yang menyebabkan kita dapat pula menghargai dengan sebaik-baiknya sikap
anak kecil itu. Menghargai dengan baik ini berarti menghargai kesadaran dan
dengan pengertian yang benar. Kalau kita sudah dapat memberi penghargaan
terhadap anak itu, maka berarti kita sudah dapat mengapresiasikan akan tingkah
laku anak itu.
Masalah kita sekarang adalah
bagaimana dan apa yang dimaksud dengan apresiasi sastra atau apresiasi terhadap
karya sastra, baik prosa, puisi, maupun drama. Kalau kita ikuti keterampilan
diatas tentunya yang dimakud dengan apresiasi terhadap karya sastra adalah
usaha atau prosa dalam menikmati, memahami dan mneghargai secara kritis dan
sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, dan kepekaan pekerjaan
dan perasaan yang baik terhadap karya sastra tersebut.
Karya sastra adalah perwujudan
pengalaman-pengalaman seorang sastrawan berkenaan dengan masalah yang
dihadapinya di dalam kehidupan, yang kemudian diungkapan dengan jujur serta
sungguh-sungguh, dan dengan suatu bentuk bahasa yang khas. Kalu kita sering dan
sungguh-sungguh mengikuti pengalaman-pengalaman sastwaran itu, maka kita akan
dapat mengerti dan memahaminya dengan baik. Dapat memahami dan mengetahui
dengan baik inilah yang menyebabkan kita dapat menghargai pengalaman-pengalaman
sastrawan itu dengan baik pula. Kita dapat menghargainya dengan kesadaran dan
dengan perasaan yang mulia. Kalau kita sudah mempunyai sikap demikian berarti
kita telah mempunyai kemampuan untuk mengapresiasikan karya sastra itu.
Seseorang yang mempunyai
kemampuan untuk mengepresiasikan karya sastra biasanya pikiran kritisnya dan
perasaannya menjadi peka terhadap karya sastra, dia menjadi mudah tersentak,
tertarik atau terpikir pada karya sastra dengan pikiran yang kritis dan
perasaan yang baik, senang melihat pertunjukan drama serta senang mengikuti
semua kegiatan yang berkenaan dengan karya sastra. Oleh karena itulah, S.
Efendi (1974) menarik kesimpulan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan
menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh, sehingga tumbuh pengertian,
penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepakan pikiran yang baik terhadap
sastra.
Untuk dapat mencapai hasil
yang masimal dalam kegiatan apresiasi karya sastra, kita harus mempunyai
pengetahuan yang cukup mengenai sastra dengan berbagai aspeknya terutama
mengenai unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kalau kita tidak mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang karya sastra itu, maka kegiatan apresiasi kita
hanya sampai tahap pertama atau paling jauh hanya sampai tahap kedua.
Sebagai guru bahasa Indonesia
yang sekaligus juga harus mengajarkan apresiasi sastra anda selain harus
memiliki pengetahuan tenatang sastra dengan berbagai aspeknya itu. Anda juga
harus dapat menciptakan suasana sastra itu. Suasana yang dimaksudkan harus anda
mulai dari diri anda sendiri, misalnya menunjukkan kepada murid akan
perhatikan, kesenangan dan kegemaran anda akan karya sastra. Anda harus banyak
membaca karya sastra dan mengikuti perkembangan dan kegiatan sastra. Kalau anda
sudah mempunyai sikap yang demikian, maka secara psikologis dapat dipastikan
bahwa siswa-siswa anda juga akan menaruh minat besar terhadap minat pelajaran
kesustraan.
Kalau mereka sudah mempunyai
minat terhadap karya sastra, maka tugas anda berikutnya adalah mendorong dan
membantu mereka dalam memperkembangkan kegiatan apresiasi sastra itu. Jadikanlah
mata pelajaran kesustraan sebagai sumber kenikmatan dan kegembiraan bagi anak
karena karya seni lainnya, berfungsi memberi keputusan batiniah kepada manusia,
disamping memberikan kekayaan pengalaman batin yang besar manfaatnya dalam
menghadapi persoalan di dalam kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar