Kamis, 20 Agustus 2015

Unsur-unsur puisi



UNSUR-UNSUR PUISI

Ada beberapa pandangan para pengamat karya sastra tentang unsur puisi. Pada hakikatnya pandangan-pandangan itu mempunyai persamaan. Perbedaan hanya terletak pada perbedaan titik pandangan mereka dalam melihat karya sastra khususnya puisi.
Maryorie Boulton dalam bukunya Anatomy of The Poetry, membagi puisi atas dua unsur yang pokok yaitu 1) bentuk fisik dan 2) bentuk mental. Bentuk fisik terlihat dan penampilan puisi di atas kerta dalam bentuk larik-larik puisi ke dalamnya termasuk irama, persajakan, intonasi dan berbaai gema serta pengulangan-pengulangan (intensitas). Sedangkan bentuk mental mengandung struktur kaidah, uraian logis, pola-pola keindahan tersendiri yang dapat dirasakan oleh penikmat puisi. Hutagalung dalam pembicaraannya dapat dimasukkan: kekayaan imajinasi, kesendikiawan kearifan dan keaslian. Kedua unsur pokok tersebut bukanlah unsur yang masing-masing berdiri sendiri melainkan unsur yang saling bertautan dalam membangun karya puisi Apresiasi puisi hendaklah mengacu pada kedua unsur pokok di atas.
Kedua pandangan tersebut sebenarnya memperlihatkan hal yang sama, hanya mempergunakan sudut pandang dan istilah yang berbeda saja.
Dalam apresiasi puisi sukar kita memisahkan kedua unsur pokok tersebut baik unsur bentuk fisik dan bentuk mental matipun unsur struktur dan tema (amanat) sebab sebuah puisi hendaklah dipahami secara keseluruhan bukan dalam penggalan-penggalan, karena penggalan-penggalan baik penggalan satu larik maupun satu bait, baru merupakan potongan puisi belum makna utuh puisi. Sebagai contoh dapat dibaca puisi sebagai berikut ini:

Karangan Bunga

Tiga gadis kecil
dalam langkah malu-malu
datang ke salemba
sore itu
“Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Bagi kakak yang ditembak mati siang tadi”.
(Taufik Ismail)

Puisi itu tidak mungkin dipahami kalau hanya penggalan saja yang diapresiasi. Kalau hanya salah satu baitnya yang apresiasi tidak akan terlihat konteknya dengan keseluruhan puisi. Misalnya:

“Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Tanda kami ikut berduka
Bagi kaka yang ditembak mati siang tadi”
(Taufik Ismail)

Apalagi kalau hanya dilihat dari lirik saja
“Ini dari kami bertiga

Jelas akan menimbulkan kesan yang berbeda dari keseluruhan makna. Oleh karena itu, kedua unsur pokok itu adalah hal yang tak dapat dipisahkan.
Sebagai dasar apresiasi kita pergunakan salah satu teori tadi yaitu unsur struktur dan tema (amanat) dengan tidak menutup kemungkinan kalau Anda menggunakan teori yang lainnya. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa pada hakikatnya kedua teori tersebut sama saja

A.    Tema
Tema adalah persoalan yang ingin diungkap pengarang. Setiap seseorang menulis tentu ada yang ingin disampaikan, yang ingin diungkapkannya. Tentu ada persoalan yang mendesak jiwanya untuk diungkap. Menurut Hutagalung, kalau ide ini meruncing, mempunyai makna tertentu, disebut amanat, tetapi kalau penyair tidak mencari makna hanya mengutarakan ide, disebut  tema.
Bagi penyakir, sesuatu yang terdapat di alam ini dapat saja menjadi tema puisinya. Tema yang besar selalu memberikan sesuatu yang berarti bagi hidup manusia. Apa yang dihasilkan melalui karyanya bukanlah sekedar rentetan fakta, melainkan dengan kekuatan daya rekannya dapat mencari makna yang terdapat di balik fakta tadi. Penyair mampu melihat jalinan fakta itu dan melalui renungannya terhadap jalinan fakta itu disampaikan kepada pembaca untuk dihayati. Makna yang diterima penyair itu dirasakan sebagai suatu kebenaran yang dapat dirasakan sepanjang masa. Tentu daya penyair yang demikian hatinya terbuka terhadap kehidupan. Seorang pengarang yang hatinya tidak terbuka kepada kehidupan takkan mungkin mendapat makna yang berarti tentang kehidupan.
Cara penyair menyajikan tema bermacam-macam. Ada yang satu kali saja dibaca, dengan cepat dapat diketahui persoalan yang diungkapkan. Tetapi, ada juga karya puisi yang setelah berulang-ulang dibaca baru diketahui temanya. Bahkan untuk hal yang seperti ini diperlukan faktor ekstrinsik untuk memahaminya.
Dalam pengungkapan tema, diperlukan
1.      Kekayaan imaji penyair. Yang dimaksud dengan kekayaan imji ialah seberapa banyak penyair memiliki pengetahuan, untuk membayangkan hal-hal yang menyangkut tema yang diungkapkan. Seorang penyair yang kaya imaji. (daya bayang) akan mampu mengutarakan persoalannya dengan jelas dan tajam.
2.      Kecendikiawan. Seorang penyair yang cendekia akan terlihat dari hasil pemikirannya yang matang terhadap persoalan yang diajukan. Dengan gayanya yang khas, ia memberikan sesuatu kepada pembaca akan makna kehidupan yang diungkapkan, serta memperkaya penghayatan kita tentang kehidupan.
3.      kearifan. Seorang penyair yang menggebu-gebu atau bombastis dalam mengungkapkan persoalannya tentu bukan seorang yang arif. Kearifan akan terlihat dari pilihan katanya yang memperhatikan kerendahan hati, yang menimbulkan rasa simpatik kepada pembaca walaupun sifatnya menggurui atau memberi petunjuk. Seorang yang arif adalah seorang yang bijaksana yang tahu mencapai tujuan dengan cara-cara  yang menimbulkan simpati.
4.      Keaslian. Keaslian tema yang diungkapkan akan mempengaruhi kesan pembaca terhadap karya yang dibacanya. Di bawah tema yang umum dapat diratik tema-tema khusus. Banyak tema-tema khusus yang dapat diungkapkan penyair berdasarkan pengamatannya terhadap kehidupan. Dalam hal ini banyak membaca karya-karya lainnya akan dapat menimbulkan kesan asli atau tidaknya karya tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar